Kunjungan Menteri di Gorontalo

Atasi Stunting, Wamen Veronica Tan Dorong Kebun Komunitas Bergizi di Desa Gorontalo

Menurut Wamen, konsep kebun komunitas bergizi dapat menjadi langkah strategis yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembelajaran

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga
KOMUNITAS BERGIZI -- Wamen PPA RI Veronica Tan ikuti ketiga di Ballroom Hulonthalo Kota Gorontalo, Rabu (8/10/2025). Wamen PPPA mendorong kebun komunitas bergizi . (Sumber Foto: TribunGorontalo.com/Jefri Potabuga) 

TRIBUNGORONTALO.COM – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) RI, Veronica Tan, menekankan pentingnya peran desa dan komunitas dalam membangun ketahanan pangan sekaligus mencegah stunting.

Menurut Wamen, konsep kebun komunitas bergizi dapat menjadi langkah strategis yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembelajaran, tetapi juga menciptakan rantai pasok (supply chain) pangan sehat.

“Dari desa ini kita bisa menghitung kebutuhan SPPG (Sentra Pemasok Pangan Gizi), berapa jaraknya, sehingga bisa terhubung dalam rantai pasok. Ibu-ibu yang sudah dilatih bisa melakukan pembibitan dan pemupukan di desa. Ketika kebutuhan keluarga sudah terpenuhi, maka mereka bisa menyuplai ke SPPG,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (8/10/2025).

Ia menambahkan, model ini dapat menumbuhkan semangat baru sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat desa.

“Ibu-ibu yang bergerak bisa menjadi dapur bagi komunitas. Jadi bukan hanya soal pangan, tapi juga ekonomi keluarga,” jelas Veronica.

Wamen juga menyoroti bahwa pola pengelolaan kebun komunitas harus berbeda dengan pola top-down yang biasa diterapkan.

Ia mencontohkan, SPPG biasanya mengharuskan jarak enam kilometer dengan kapasitas tiga ribu, padahal di daerah terpencil seperti Gorontalo, kondisi tersebut sulit diterapkan.

“Di desa, mungkin hanya beberapa ratus saja sudah cukup, sekeliling dimanfaatkan dan dikapasitasi. Kita lihat juga anak-anaknya suka makan apa, agar lebih tepat sasaran,” tambahnya.

Lebih lanjut, Wamen PPA mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya angka stunting. Ia mengaku terkejut ketika mendapati data bahwa prevalensi stunting masih mencapai 27 persen di daerah yang justru dikenal kaya ikan dan menjadi pengekspor hasil laut.

“Kok bisa stunting? Karena anak-anak hanya dikasih makan yang penting kenyang. Mie instan juga dianggap tidak apa-apa, yang penting anak kenyang dan tidak ribut. Padahal itu bukan solusi,” tegasnya.

Oleh karena itu, ia mendorong agar PKK dan masyarakat bergerak bersama melalui kebun komunitas. Menurutnya, inisiatif ini dapat menjadi jembatan dari ketahanan pangan menuju ketahanan keluarga, sekaligus memberdayakan masyarakat agar memiliki kekuatan ekonomi. 

Baca juga: Sekolah Garuda Transformasi Hadir di Gorontalo, Menko PM: Jawaban Atas Tantangan Global

Sementara itu, Kepala Dinas PPA Provinsi Gorontalo, Yana Yanti, menegaskan bahwa sekolah juga menjadi pilar penting dalam mendukung lahirnya generasi yang lebih berkualitas.

Katanya, sekolah berfungsi tidak hanya sebagai ruang pendidikan formal, tetapi juga sebagai tempat mengarahkan anak-anak berprestasi agar mendapatkan kesempatan yang lebih besar.

“Kalau ada anak-anak yang berprestasi, mereka akan diarahkan ke peluang-peluang besar. Karena itu kita dorong mereka untuk rajin membaca dan terus mengembangkan diri,” ungkap Yana Yanti.

Ia menyebutkan, saat ini ada 12 sekolah di Indonesia yang terpilih sebagai sekolah yang mudah melakukan transformasi, dengan tambahan empat sekolah baru.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved