Berita Populer Gorontalo

3 Berita Populer Gorontalo Rabu 17 Sep 2025 : Warga Blokade Jalan Rusak hingga Gaji PPPK Rp 3,2 Juta

3 berita Gorontalo di bawah ini menjadi berita terpopuler atau paling banyak dibaca di Portal TribunGorontalo.com

|
Editor: Aldi Ponge
TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga
BLOKADE JALAN -- Warga Desa Pentadio Barat Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, provinsi Gorontalo memblokade jalan yang sudah rusak sejak 2 tahun lalu, Selasa (16/9/2025). 

TRIBUNGORONTALO.COM - 3 berita Gorontalo di bawah ini menjadi berita terpopuler atau paling banyak dibaca di Portal TribunGorontalo.com pada Rabu 17 September 2025.

Adapun berita populer Gorontalo tersebut yakni Warga Desa Pentadio Gorontalo Blokade Jalan Rusak, 3 Ancaman Serius terhadap Bahasa Gorontalo, hingga Gaji PPPK Paruh Waktu Lulusan SMA di Gorontalo Tembus Rp3,2 Juta.

Berikut 3 Berita Populer Gorontalo pada Rabu 17 September 2025: 

1). Warga Desa Pentadio Gorontalo Blokade Jalan Rusak

Kesabaran warga Desa Pentadio Barat, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo akhirnya pecah.

Jalan utama yang sudah dua tahun rusak parah tanpa adanya sentuhan perbaikan, ditutup total oleh warga sejak Senin (16/9/2025)

Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap janji perbaikan jalan. Namun, hingga saat ini janji tersebut tak pernah ditepati.

Blokade jalan kerap menjadi pilihan warga ketika suara mereka tak didengar.

Aksi ini bukan sekadar menutup akses, tetapi simbol kekecewaan terhadap janji pemerintah yang tak kunjung ditepati.

Di baliknya, ada harapan sederhana: jalan diperbaiki demi keselamatan dan kelancaran hidup sehari-hari.

Blokade di jalan ini bukan kali pertama dilakukan namun terhitung tiga kali. Tapi tetap saja tak ada yang tersentuh.

Jalan yang menjadi urat nadi aktivitas warga, termasuk akses utama anak-anak menuju sekolah serta ke pasar ditutup.

Meskipun masih bisa dilewati, namun kendaraan sudah tak bisa lewat. 

Lubang menganga di sepanjang jalan membuat becak motor (bentor) , sepeda motor, hingga mobil sulit melintas. 

Warga khawatir, setiap hari anak-anak mereka harus berjibaku melewati jalan yang ibarat kubangan maut itu.

Erwin Pakaya, warga sekitar menyebut selama dua tahun jalan ini dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut. Padahal jalan itu menjadi akses utama warga.

“Dua tahun dibiarkan begitu saja tanpa ada pemeliharaan. Tahun lalu dijanjikan akan diperbaiki, tapi sampai sekarang belum ada juga,” kata Erwin dengan nada getir.

Kata Erwin, warga tidak menuntut muluk-muluk.  Mereka hanya ingin jalan ini segera diperbaiki demi keselamatan bersama.

“Kami tidak minta lebih, hanya jalan diperbaiki. Karena ini akses utama masyarakat, bukan hanya orang tua, tapi anak-anak sekolah juga yang jadi korban,” ucapnya.

Sementara itu, Abdul Radjak Pakaya yang juga warga sekitar menambahkan kerusakan jalan ini sudah sering menyebabkan kecelakaan. 

Pengendara motor, bahkan anak-anak sekolah, kerap terjatuh hanya karena menghindari lubang yang tak terhitung jumlahnya.

“Banyak lubang di sepanjang jalan ini. Sudah sering ada yang jatuh, apalagi anak-anak sekolah yang tiap hari lewat sini," ungkapnya.

Katanya, jalan ini bakalan di tutup hingga adanya perbaikan.

"Kami tutup sampai ada perbaikan, tidak akan dibuka sebelum itu,” tegas Abdul Radjak.

Pantauan Tribun Gorontalo, warga menutup jalan dengan papan kayu, batu, seng, hingga baliho besar. 

Tulisan di baliho itu menggambarkan jeritan hati mereka: “Jalan ditutup, karena pemerintah daerah menutup mata”, lalu ada pula sindiran tajam “Pastikan kendaraan anda bisa terbang melewati jalan ini”, dan tulisan penuh keluh kesah “Kami butuh perhatian dari pemerintah, masyarakat siksa karena jalan rusak, so boleh jo? So dua tahun lebih torang pe sabar.”

Pemandangan itu menjadi simbol nyata dari kekecewaan warga. 

Aksi blokade ini menjadi pengingat adanya fasilitas umum yang segera memerlukan perhatian.

Kini, dengan suara lantang, mereka memilih menutup akses jalan sendiri, sampai ada yang turun tangan memperbaiki kerusakan yang sudah lama menjadi momok bagi warga.

2). 3 Ancaman Serius terhadap Bahasa Gorontalo, Solusinya Ada di Sekolah

Bahasa Gorontalo menghadapi ancaman nyata di era modern.

Dalam seminar daring yang digelar Pusat Studi Pelestarian Bahasa dan Sastra Daerah Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Sabtu (13/9/2025), para akademisi dan pemerhati budaya mengungkap tiga tantangan utama yang menggerus vitalitas bahasa ibu masyarakat Gorontalo.

Prof. Dr. Moon Hidayati Otoluwo, peneliti dan ahli pembelajaran bahasa di UNG, memaparkan bahwa:

1.Vitalitas Bahasa Gorontalo Menurun 

Berdasarkan indikator UNESCO, Bahasa Gorontalo masuk kategori terancam.

Penurunan frekuensi penggunaan tercatat signifikan di berbagai kabupaten, seperti Bone Bolango (79 persen), Kota Gorontalo (64 persen ), Boalemo (64 persen ), Pohuwato (55,5 persen ), dan Gorontalo Utara (42,1 persen ).

2.Generasi Muda Tidak Lagi Aktif Berbahasa Gorontalo

Penggunaan bahasa daerah di kalangan anak muda semakin jarang, terutama dalam komunikasi sehari-hari. 

Bahasa ibu tergeser oleh bahasa nasional dan bahasa asing yang dianggap lebih relevan secara sosial.

3.Faktor Sosial dan Lingkungan Melemahkan Praktik Berbahasa

Urbanisasi, media digital, dan minimnya ruang publik berbahasa Gorontalo turut mempercepat pergeseran bahasa. 

Bahasa daerah tidak lagi menjadi alat komunikasi utama di rumah, sekolah, maupun komunitas.

Pendidikan Formal Jadi Solusi Strategis

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Pusat Studi UNG, Suleman Bouti, menegaskan bahwa solusi utama ada di dunia pendidikan.

Ia menyebut perlunya kurikulum Bahasa Gorontalo yang baku dan terstandar untuk diterapkan di tingkat SD dan SMP.

“Bahasa Gorontalo merupakan identitas budaya yang penting. Namun, dalam pendidikan formal, keberadaannya masih jauh dari optimal,” tegas Suleman.

Ia menambahkan bahwa tanpa rancangan kurikulum yang menyeluruh, pembelajaran bahasa daerah di sekolah akan terus berjalan tidak seragam, dengan keterbatasan materi ajar, metode, dan evaluasi.

Meski tantangan berat, Moon juga menyoroti peluang yang bisa dimanfaatkan, seperti kebijakan lokal yang mulai mendukung pelestarian bahasa, materi ajar yang sedang dikembangkan, dukungan aktif dari Kantor Bahasa Gorontalo, serta meningkatnya kesadaran masyarakat dan lembaga pendidikan.

3). Gaji PPPK Paruh Waktu Lulusan SMA di Gorontalo Tembus Rp3,2 Juta

Pemerintah resmi menetapkan skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Paruh Waktu melalui Keputusan Menteri PANRB Nomor 16 Tahun 2025.

Skema ini menjadi solusi bagi tenaga non-ASN yang belum lolos seleksi CPNS atau PPPK tahun 2024, dengan sistem kerja lebih fleksibel dan kontrak satu tahun yang dapat diperpanjang.

Berbeda dari PPPK penuh waktu yang bekerja delapan jam per hari, PPPK paruh waktu hanya menjalani sekitar empat jam kerja harian.

Meski durasi kerja lebih singkat, hak-hak kepegawaian tetap dijamin, termasuk gaji dan tunjangan sesuai regulasi.

Berdasarkan regulasi terbaru, PPPK paruh waktu lulusan SMA di Provinsi Gorontalo akan menerima gaji sebesar Rp3.200.000 per bulan.

Angka ini menempatkan Gorontalo di posisi ketiga tertinggi di Pulau Sulawesi, setelah Sulawesi Utara (Rp3.770.000) dan Sulawesi Selatan (Rp3.650.000).

Gaji tersebut ditetapkan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan indeks kemahalan wilayah, serta tidak boleh lebih rendah dari pendapatan terakhir saat menjadi tenaga honorer2.

PPPK paruh waktu memiliki peluang untuk diangkat menjadi PPPK penuh waktu, bergantung pada evaluasi kinerja dan ketersediaan anggaran.

Evaluasi dilakukan secara triwulan dan tahunan, dengan mengacu pada pencapaian target organisasi.

Golongan PPPK paruh waktu ditentukan berdasarkan jenjang pendidikan.

Lulusan SMA atau Diploma I dikategorikan dalam Golongan V, dengan hak atas gaji pokok dan tunjangan seperti tunjangan keluarga, pangan, dan perlindungan sosial.

Ribuan calon Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) paruh waktu memadati halaman Polres Gorontalo, Selasa (16/9/2025).

Para calon ASN ini datang sejak subuh, bahkan ada yang sudah tiba sehari sebelumnya demi mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dan surat keterangan sehat.

Kedua dokumen itu adalah syarat mutlak untuk pengangkatan PPPK paruh waktu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gorontalo tahun 2024.

Sejak siang, antrean terlihat tak berujung. Pihak kepolisian sampai harus memasang tenda tambahan untuk menampung ribuan honorer yang terus berdatangan. 

Suasana halaman Polres terasa sumpek kursi-kursi plastik penuh, sebagian honorer memilih berdiri.

Sebagian lain duduk bersila di lantai, sementara keringat mengucur di wajah mereka.

Di antara ribuan wajah itu, tampak Selrin Abas (43), tenaga honorer Puskesmas Boliyohuto. Sudah sejak 2008 ia mengabdi tanpa pernah tahu kapan statusnya akan berubah. 

Siang itu, Selrin duduk menunggu giliran dipanggil. Sesekali ia mengipas wajahnya untuk mengusir panas.

“Alhamdulillah, pengabdian selama ini akhirnya bisa terbayarkan,” ucapnya lirih, matanya berkaca-kaca.

Selrin adalah ibu dari dua anak. Satu anak sulungnya kini tengah kuliah, sementara adiknya masih duduk di bangku SMA.

Bertahun-tahun ia hidup dengan gaji honorer yang terbatas, namun tak pernah menyerah. 

“Kadang harus menahan keinginan sendiri, yang penting anak-anak sekolah dulu,” katanya dengan senyum ikhlas.

Baginya, kelulusan PPPK bukan hanya pengakuan, tapi jalan baru untuk memperjuangkan masa depan keluarga. 

“Saya ingin mengabdi, tulus mengabdi ke masyarakat. Harapannya semoga semua proses cepat selesai,” tambahnya.

Serlin berasal dari Desa Bongongoayu Kecamatan Boliyohuto, ia di sini sudah dua hari, saat ini menginap di kos. 

Ia datang dari pukul 06.00 Wita, dirinya telah antri sejak kemarin di jam yang sama. (*/TribunGorontalo.com)

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved