Politik Nasional

Projo Tak Lagi di Lingkar Jokowi, Budi Arie Dinilai Cari Aman hingga Rela Gabung Gerindra

Manuver politik Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, dalam Kongres ke-3 Projo di Jakarta, Minggu (2/11/2025), memicu spekulasi tajam.

Editor: Wawan Akuba
Wikipedia dan Kompas.com/Adhyasta Dirgantara
Ketum Projo Budi Arie Setiadi saat ditemui di Kongres ke-3 Projo, Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (2/11/2025). (KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA) 

TRIBUNGORONTALO.COM — Manuver politik Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, dalam Kongres ke-3 Projo di Jakarta, Minggu (2/11/2025), memicu spekulasi tajam.

Sosok yang selama dua periode menjadi garda terdepan pendukung Presiden Joko Widodo kini menyatakan dukungan kepada Presiden Prabowo Subianto dan membuka peluang bergabung ke Partai Gerindra.

Pernyataan Budi Arie disampaikan langsung di forum kongres, termasuk rencana mengganti logo Projo yang selama ini menampilkan siluet wajah Jokowi.

Baca juga: VIDEO Pembukaan Peran Saka Nasional 2025 di Gorontalo, Diikuti Total 3.224 Peserta

Langkah ini dinilai sebagai sinyal kuat bahwa Projo mulai menarik diri dari orbit politik Jokowi.

Politisi PDI Perjuangan, Ferdinand Hutahaean, menilai pergeseran dukungan Budi Arie bukan sekadar strategi politik, melainkan bentuk kekhawatiran atas posisinya dalam kasus judi online (judol) yang masih bergulir di kepolisian.

“Status Budi Arie di kepolisian terkait dengan judi online masih panas-panas seperti kopi pagi. Satu langkah keliru saja, dia bisa jadi tersangka,” ujar Ferdinand dalam tayangan Kompas TV, Minggu (2/11/2025).

Ferdinand menyebut nama Budi Arie telah disebut berulang kali dalam dakwaan jaksa dan kesaksian di pengadilan.

Menurutnya, langkah mendekat ke Gerindra adalah upaya mencari perlindungan politik dan hukum.

“Kalau sampai Budi Arie tidak mendapat perlindungan politik dan hukum, dia akan dijadikan tersangka,” tegasnya.

Projo Dinilai Oportunis

Ferdinand juga menyoroti bahwa langkah Budi Arie dan Projo bukan hanya soal perlindungan, tetapi juga soal eksistensi politik.

Ia menyebut Projo ingin tetap berada di lingkar kekuasaan, meski harus bergeser dari Jokowi ke Prabowo.

“Projo ingin mendapat keuntungan politik dari posisinya di kekuasaan. Maka mereka pun akan mengganti logonya, mungkin dengan siluet Pak Prabowo,” kata Ferdinand.

Ia menyebut sikap ini sebagai tanda oportunisme politik.

“Inilah cara Budi Arie untuk tetap eksis, karena saya yakin dia sangat khawatir dengan posisinya terkait kasus judol,” lanjutnya.

Dampak Politik: Jokowi Sendirian, Gerindra Terseret

Ferdinand memprediksi dua dampak utama dari langkah Budi Arie. Pertama, Jokowi akan semakin ditinggalkan oleh lingkaran loyalisnya.

“Sebentar lagi Jokowi akan sendirian. Banyak yang pergi karena kepentingan politik, ada juga yang tersandung kasus hukum,” ujarnya, merujuk pada nama-nama seperti Immanuel Ebenezer dan Silvester Matutina.

Kedua, Partai Gerindra berisiko mendapat cap negatif dari publik jika menerima Budi Arie.

“Gerindra bisa dianggap melindungi Budi Arie yang dinilai terlibat dalam kasus judi online,” kata Ferdinand.

Ia menilai Gerindra tidak membutuhkan tambahan kekuatan dari Projo.

“Gerindra sudah kuat. Projo itu lebih besar nama daripada organisasi. Jadi kalau Budi Arie membungkus kepentingannya dengan narasi memperkuat Gerindra, saya tidak melihat urgensinya,” pungkasnya.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved