Info Cuaca Nasional

43 Persen Wilayah Indonesia Sudah Diguyur Hujan, BMKG: Jangan Anggap Remeh Cuaca Ekstrem

Sebagian besar wilayah Indonesia kini memasuki puncak musim hujan. Namun peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
ZOOM -- Publikasi musim hujan di Indonesia oleh BMKG. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo — Sebagian besar wilayah Indonesia kini memasuki puncak musim hujan.

Namun peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bukan sekadar soal guyuran air dari langit.

Ini tentang sistem perlindungan warga, kesiapsiagaan kolektif, dan potensi bencana yang bisa muncul dari ketidaksiapan menghadapi cuaca ekstrem.

Menurut laporan resmi BMKG, 43,8 persen wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan.

Wilayah-wilayah padat penduduk seperti Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sudah mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut kondisi atmosfer saat ini sangat labil dan kaya uap air, dipicu oleh aktifnya monsun Asia dan suhu muka laut yang hangat.

“Kondisi atmosfer saat ini sangat labil dan kaya uap air akibat aktifnya monsun Asia serta suhu muka laut yang hangat. Ini sinyal kuat agar semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan,” ujar Dwikorita, Sabtu (1/11/2025).

Puncak Hujan = Puncak Risiko

BMKG memprakirakan puncak musim hujan akan berlangsung dari November 2025 hingga Februari 2026, dengan intensitas tertinggi pada Desember dan Januari.

Di periode ini, potensi banjir, longsor, angin kencang, dan pohon tumbang meningkat tajam.

Terlebih, wilayah selatan Indonesia memasuki fase aktif siklon tropis.

Sistem tekanan rendah di Samudra Hindia bisa memicu gelombang tinggi dan hujan ekstrem di pesisir Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby, dan Kelvin juga sedang aktif bersamaan.

Ditambah dengan anomali suhu laut yang hangat, kondisi ini memperkuat suplai uap air dan pembentukan awan hujan. 

Artinya, risiko bencana hidrometeorologi bukan lagi potensi, tapi ancaman nyata.

Mitigasi Bukan Sekadar Imbauan

BMKG tidak hanya mengeluarkan prakiraan, tapi juga seruan untuk memperkuat langkah mitigasi sejak dini. Ini mencakup:

  • Pemetaan wilayah rawan banjir dan longsor
  • Pembersihan saluran air dan drainase
  • Penataan pohon-pohon besar di area publik
  • Edukasi warga tentang evakuasi mandiri dan titik aman
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved