Berita Nasional
Menkeu Purbaya Disebut Jago Bikin Gimick Dibandi Sri Mulyani
Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira, melontarkan kritik tajam terhadap gaya komunikasi dan kebijakan fiskal Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
TRIBUNGORONTALO.COM — Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, melontarkan kritik tajam terhadap gaya komunikasi dan kebijakan fiskal Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Dalam wawancara eksklusif bersama Tribunnews di program Overview, Rabu (22/10/2025), Bhima menyebut Purbaya lebih jago membuat gimik daripada pendahulunya, Sri Mulyani.
“Purbaya memang jago dia bikin gimik tuh dibandingkan Bu Sri Mulyani yang agak hati-hati ngomong,” ujar Bhima.
Bhima menyoroti gaya ceplas-ceplos dan “koboi” Purbaya yang menurutnya lebih menyenangkan publik, namun tidak berdampak signifikan terhadap investor maupun ekonomi riil.
“Reaksi publik aja itu senangnya kelihatan, tapi orang tuh akan ngelihat, ini kok Purbaya dengan akrobatnya seolah menyenangkan dari segi komunikasi publik ya,” tambahnya.
Bhima mengkritik kebijakan Purbaya yang mengguyurkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank Himbara.
Dana tersebut diklaim untuk memperkuat likuiditas dan mendorong penyaluran kredit.
Namun Bhima mempertanyakan efektivitasnya, mengingat pertumbuhan kredit sedang rendah.
“Rp200 triliun dikasih ke bank pemerintah dalam 1 bulan kurang itu 70 persen sebagian sudah disalurkan. Jadi berapa tuh per hari? Gimana mungkin nyalurkan uang sebanyak itu di saat pertumbuhan kreditnya lagi rendah?” ucap Bhima.
Ia menyebut kebijakan tersebut bersifat eksperimental dan belum terasa dampaknya di sektor UMKM maupun masyarakat bawah.
“Banyak yang eksperimental. Saya setuju dengan Bang Hensa tadi, jadi banyak yang masih coba-coba. Kalau dibilang apakah ini mendorong ekonomi, juga enggak,” katanya.
“Banyak UMKM nanya, yang Rp200 triliun itu kok enggak ke UMKM ya, kok enggak dirasakan sama UMKM ya,” tambah Bhima.
Bhima juga menyinggung bahwa harga beras masih tinggi dan program-program yang digulirkan belum menyentuh lapangan kerja atau kesejahteraan rakyat.
“Itu enggak dirasakan sama masyarakat bawah. Jadi orang ngelihat ini uang gimana sebenarnya,” ujarnya.
Ia membandingkan pendekatan Purbaya yang agresif dengan Sri Mulyani yang dikenal menjaga defisit di bawah 3 persen.
“Sri Mulyani itu jaga defisit di bawah 3 persen ketat, Purbaya ini akan lebih agresif,” kata Bhima.
“Keagresifannya dia, nah itu khawatir masuk ke program-program yang enggak ngaruh ke lapangan kerja, enggak ngaruh kepada program-program yang bisa meningkatkan kesejahteraan,” tambahnya.
Bhima meragukan target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah akan tercapai tahun ini.
“Jadi pertumbuhan ekonominya yang dijanjikan 8 persen itu hampir dipastikan susah tercapai tahun ini,” tuturnya.
Di sisi lain, Purbaya tetap yakin bahwa kebijakan fiskal yang ia dorong akan berdampak positif terhadap konsumsi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
“Data retail sales BI mulai naik di bulan terakhir ini, di September. Karena sebagian dampak dari uang yang saya gelontorkan mulai terasa di sistem. Saya pikir Oktober, November, Desember akan lebih terlihat dampaknya di ekonomi,” papar Purbaya.
Ia juga menyatakan kesiapan untuk menambah dana likuiditas bila diperlukan, serta memperpanjang program bantuan dari dua bulan menjadi tiga bulan. Bantuan kini mencakup kelompok desil 3 dan 4 yang sebelumnya belum tersentuh.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/MENKEU-Menteri-Keuangan-Purbaya-Yudhi-Sadewa-saat-ditemui.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.