Demo Mahasiswa Gorontalo
Bentrok dengan Polisi, Mahasiswa Gorontalo Kabur ke Dalam Kampus
Aksi unjuk rasa di Perlimaan Telaga, Kabupaten Gorontalo, berakhir ricuh pada Senin (1/9/2025) sore.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM – Aksi unjuk rasa di Perlimaan Telaga, Kabupaten Gorontalo, berakhir ricuh pada Senin (1/9/2025) sore.
Setelah bentrok dengan aparat, sejumlah mahasiswa melarikan diri dan bersembunyi di dalam Kampus III Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Pantauan TribunGorontalo.com di lokasi, kericuhan pecah setelah pukul 18.00 Wita, saat polisi berusaha membubarkan massa.
Pihak kepolisian mengerahkan dua kendaraan taktis dan menembakkan water canon untuk memecah kerumunan.
Namun, sejumlah pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan batu ke arah barikade polisi. Akibatnya, terjadi aksi kejar-kejaran antara aparat dan massa.
Para mahasiswa berlarian tunggang-langgang, banyak di antara mereka yang menyelamatkan diri dengan masuk ke area kampus UNG di Jalan John Ario Katili.
Hingga pukul 18.58 WITA, para mahasiswa terlihat masih berkumpul di dalam kampus, sementara beberapa orang yang diduga menjadi pemicu kericuhan berhasil diamankan oleh polisi.
Tercatat, sekitar 12 mahasiswa dibawa oleh pihak kepolisian.
Hingga pukul 19.00 Wita, kondisi mulai kondusif. Polisi tak lagi mengejar mahasiswa.
Sementara itu, banyak mahasiswa duduk di bahu jalan John Ario Katili. Mereka mencari satu per satu rekan yang terpisah saat kericuhan terjadi.
Sejatinya, aksi yang diorganisir oleh Aliansi Cipayung Plus Gorontalo ini berjalan damai.
Ratusan mahasiswa menduduki jalanan di kawasan videotron, tepatnya di poros Jalan John Ario Katili, yang merupakan jalur strategis penghubung antarwilayah.
Akibatnya, lalu lintas di lima jalur yang berbeda praktis lumpuh total. Kendaraan terpaksa berhenti total karena jalanan sepenuhnya dikuasai oleh pengunjuk rasa.
Meskipun jumlah massa semakin banyak, situasi awalnya terpantau kondusif. Mahasiswa fokus menyuarakan aspirasi dari atas jalan menggunakan pengeras suara.
Aksi ini diikuti oleh 36 organisasi mahasiswa yang menegaskan bahwa blokade jalan adalah simbol kekecewaan mereka terhadap DPR RI dan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
Aksi di Simpang 5 Telaga ini merupakan bagian dari gelombang demonstrasi serentak di Gorontalo.
Kericuhan terjadi setelah polisi membubarkan massa aksi, namun sebagian mahasiswa menolak untuk bubar dan memilih bertahan, hingga akhirnya memicu bentrokan dengan aparat.
Baca juga: Demo Ricuh, Belasan Mahasiswa Gorontalo Diamankan Polisi
Pimpinan Daerah Redam Ketegangan di Bundaran Saronde
Berbeda dengan situasi di Telaga, unjuk rasa yang digelar Aliansi Merah Maron di Bundaran Saronde justru berakhir damai.
Gubernur Gusnar Ismail, Wakil Gubernur Idah Syaidah, Ketua DPRD Thomas Mopili, dan Kapolda Gorontalo Irjen Pol Widodo langsung menemui pengunjuk rasa.
Aksi yang didominasi mahasiswa UNG ini awalnya berlangsung tegang.
Setelah berorasi selama dua jam, massa memberikan ultimatum. "Kami tunggu 10 menit untuk berada di sini," kata Presiden BEM UNG, Surya Reska Umar, dari atas mobil komando.
Setelah ultimatum diberikan, para pejabat hadir, namun sempat ada tarik-menarik.
Mereka awalnya hanya berdiri sekitar 10 meter dari kerumunan, sementara suasana aksi semakin panas dengan kepulan asap dari ban bekas yang dibakar.
Beberapa mahasiswa bahkan sempat berdebat dengan polisi, menolak pertemuan yang dianggap menjaga jarak.
Ketegangan akhirnya mereda setelah keempat pimpinan daerah tersebut memutuskan untuk duduk bersila di tengah jalan, mendengarkan tuntutan para pengunjuk rasa secara langsung.
Tindakan ini berhasil menunjukkan niat baik pemerintah dan mengakhiri aksi dengan damai.
(Tribungorontalo.com/ht)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/Aliansi-mahasiswa-Gorontalo-saat-berkumpul.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.