Pesawat Jatuh di Bogor

Rekam Jejak Marsma Fajar Adriyanto, Prajurit TNI AU yang Gugur dalam Kecelakaan Pesawat di Bogor

Editor: Fadri Kidjab
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PESAWAT JATUH - Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adrianto gugur dalam insiden jatuhnya pesawat latih milik TNI AU di wilayah Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Minggu (3/8) sekitar pukul 10.00 WIB.

Marsma Fajar mengudara menggunakan Falcon 1 TS-1603 bersama Kapten Ian. Sementara, satu F-16 lainnya, Falcon 2 TS-1602 dikendalikan Kapten Tonny/Kapten Satriyo.

Terlibat Manuver, Falcon 1 Terancam Pada pukul 17.25, Falcon 1 terlbat manuver jarak dekat dengan dua F-18 Hornet.

Kedua pesawat US Navy itu mengambil posisi menyerang dan membuat F-16 yang ditumpangi Marsma Fajar terancam. 

Sementara itu, Falcon 2 memposisikan sebagai support fighter. Falcon 1 kemudian melihat, kapal fregat US Navy tengah bergerak ke timur. 

Falcon 2 lalu melakukan rocking the wing sebagai pernyataan bahwa Falcon 1 tidak mengancam.

Falcon 1 kemudian menjalin kontak suara dengan F-19 Hornet di UHF 243.0. 

Pesawat asing itu lalu mengabarkan bahwa mereka berasal dari satuan US Navy yang terdiri dari beberapa kapal perang. Para penerbang dari Paman Sam itu mengeklaim telah mengantongi izin lintas.

Falcon 1 pun menyatakan pihaknya sedang berpatroli dan datang hanya untuk identifikasi. Setelah itu, F-18 Hornet menjauh dan tidak lagi mengancam.

F-18 Tak Belum Jalin Kontak 

Kepala Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) saat itu, Marsekal Muda Wresniwiro menyebut, lima pesawat F-18 Hornet itu belum melakukan kontak.


Mereka terbang dari kapal induk US Navy yang berkonvoi dengan beberapa kapal perang di wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pemberitahuan atau kontak saat itu hanya dilakukan untuk kapal laut, bukan pesawat tempur. 

Buntut peristiwa ini, pemerintah Indonesia menyampaikan protes keras kepada Pemerintah Amerika Serikat melalui Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. 

Pemerintah keberatan pesawat tempur AS bermanuver di atas laut Indonesia. 

"Kita ini tidak selemah yang mereka (AS) duga. Kita memang tidak ingin membuat hubungan kedua negara menjadi buruk, tetapi kita juga tidak ingin mereka tidak mengakui kedaulatan kita," ujar Menteri Kehakiman dan HAM (Menkeh dan HAM) Yusril Ihza Mahendra dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (8/7/2003), dikutip dari Harian Kompas edisi 9 Juli 2003.

Kini kisah Marsma Fajar Adriyanto menjadi catatan sejarah TNI AU. Meski dirinya telah gugur, semua jasanya akan selalu dikenang.

 


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Marsma Fajar Adriyanto dalam Kenangan: Sergap Jet F-18 Hornet US Navy"