Pencemaran Lingkungan Gorontalo

DPRD Kota Gorontalo Segera Gelar RDP Terkait Polemik Limbah Medis

Penulis: Jefry Potabuga
Editor: Fadri Kidjab
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LIMBAH MEDIS -- Potret IPAL di RSUD Aloei Saboe Kota Gorontalo. Limbah medis dipermasalahkan oleh warga karena diduga penyebab air sumur tercemar. (Sumber Foto: TribunGorontalo.com/Jefri Potabuga)

Terkait suplai air bersih ke warga, Hafidz mengungkapkan hal itu merupakan kebijakan lama sebagai bentuk tanggung jawab rumah sakit setelah insiden kebocoran pipa beberapa tahun lalu.

Namun, ia menegaskan bahwa insiden tersebut tidak disebabkan oleh pencemaran tanah, melainkan kebocoran teknis yang telah lama diperbaiki.

“PDAM kemudian melarang adanya sambungan pipa di atas sambungan, sehingga kami harus memutus distribusi air ke rumah warga,” kata Hafidz.

Meski demikian, pihak RSUD tetap berupaya mencari solusi.

Hafidz menyebut sudah mengusulkan pemasangan sambungan PDAM ke rumah warga dengan biaya instalasi ditanggung rumah sakit.

Namun, warga menolak karena tetap menginginkan layanan gratis setiap bulan.

“Karena tidak ada kesepakatan soal air PDAM, kami sepakat untuk membuat tiga titik sumur bor sebagai bentuk kompensasi. Rumah sakit akan siapkan mesin dan warga bisa sambung sendiri,” jelas Hafidz.

Ia juga mengungkapkan alasan lain pemutusan suplai air, yakni lonjakan tagihan bulanan dari semula Rp30–50 juta menjadi Rp80 juta per bulan, akibat perluasan penggunaan air oleh warga di luar wilayah pagar rumah sakit.

“Masalah ini sebenarnya sudah selesai sejak 2018,” tutup Hafidz.

Sebelumnya, sebanyak 13 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Wangkaditi Timur, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, mengaku tak bisa lagi menggunakan air sumur mereka untuk kebutuhan sehari-hari.

Permasalahan ini terjadi di kawasan yang berada tidak jauh dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aloei Saboe.

Menurut sejumlah warga, kondisi air sumur mulai berubah sejak tahun 2018.

Selain berbau, air juga menyebabkan gatal-gatal setelah dipakai mandi atau mencuci.

Eman Rasyid, salah satu warga terdampak, menyebutkan bahwa warga telah melaporkan kondisi ini kepada pihak rumah sakit.

Saat itu, pihak rumah sakit kemudian menyalurkan air bersih dari sambungan air PAM langsung ke rumah-rumah warga.

“Kami mengeluh ke rumah sakit, maka kami diadakan air PAM dari rumah sakit,” ujarnya, Selasa (1/6/2025).

Namun, beberapa bulan terakhir, suplai air PAM itu terhenti. Warga menyebut hal itu berkaitan dengan aturan PDAM yang tidak mengizinkan sambungan air di atas sambungan resmi. 

 

(TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga)