TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Tak banyak yang menyangka, usaha rumahan membuat bantal di sudut Kota Gorontalo bisa menjadi jalan menuju Tanah Suci.
Halim Umar, warga Kelurahan Huangobotu, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, membuktikan hal itu dengan bergabung sebagai Calon Jamaah Haji (CJH) Kloter 28 tahun 2025.
"Alhamdulillah, ini semua berkat usaha yang saya tekuni sejak lama," ucap Halim, Selasa (20/5/2025), penuh syukur.
Halim berangkat haji bersama saudaranya.
Baca juga: Calon Jemaah Haji Gorontalo Kloter 28 Berangkat ke Tanah Suci Makkah, Totalnya 393 Orang
Sementara Halim menunaikan ibadah haji, usaha bantalnya tetap beroperasi dengan bantuan para pekerja.
Usaha yang dirintis oleh Halim bukan sekadar pengisi waktu, tapi telah berkembang menjadi bisnis berskala regional, bahkan menjangkau Maluku Utara.
Usaha bantal ini dirintis oleh ayah Halim sejak 1959, berawal dari keahlian yang dipelajari dari perajin asal Surabaya.
"Sejak kecil saya belajar bikin bantal bersama ayah. Dulu fokusnya jualan di Manado," kata Halim.
Pada 1985, Halim mulai mengambil alih usaha keluarga dan mengembangkan pasarnya.
Baca juga: Keluarga Calon Jemaah Haji Gorontalo Datangi Gerbang Asrama Haji
Kini, produk bantal buatannya rutin dikirim ke Halmahera, Minahasa, Sangir, Kotamobagu, dan Manado.
Di rumah sederhananya, Halim bisa memproduksi sekitar 300 bantal per bulan.
Satu bantalnya dijual dengan harga Rp 35 ribu.
Tak hanya bantal, Halim juga memproduksi kasur dua ukuran, masing-masing dibanderol Rp 400 ribu dan Rp 500 ribu.
Bahan bakunya berasal dari berbagai daerah. Kapuk dikumpulkan dari Kecamatan Bone Pantai dan Paguyaman, sedangkan busa diperoleh dari limbah pabrik.
“Produksi kami masih manual, pakai mesin sederhana saja. Tapi tetap jalan,” ungkapnya.
Baca juga: Cerita Muhamad Adrian Yunus, Calon Jemaah Haji Termuda di Kloter Kota Gorontalo
Persaingan usaha Halim sangat banyak mengingat daerah tempat tinggalnya memang dikenal sebagai kawasan pengrajin bantal.
Meski banyak yang menekuni usaha serupa, Halim menyebut persaingan berlangsung sehat.
"Setiap pengusaha sudah punya wilayah pasarnya sendiri, jadi tidak saling tabrak," jelasnya.
Namun kata Halim, jumlah pelaku usaha bantal semakin menyusut dibandingkan masa lalu.
Dalam membuat bantal, Halim kerap mengalami tantangan.
Baca juga: Calon Jemaah Haji Gorontalo yang Mengidap TBC dan Cacar Bakal Dilarang Terbang ke Makkah
Tantangan terbesarnya yakni cuaca, jika sedang musim hujan pengeringan kapuk akan terhambat.
"Kami jemur kapuk secara manual. Mesin pengering itu mahal, sekitar Rp 500 juta," katanya.
Kini, Halim menjadi inspirasi bagi banyak orang. Usaha yang digeluti dengan konsisten dan jujur telah membawanya menapaki jalan spiritual tertinggi bagi umat Muslim yakni naik haji.
Baca juga: 279 Calon Jemaah Haji Asal Kabupaten Gorontalo Segera Berangkat, Ini Jadwalnya
“Usaha ini memang sederhana, tapi kalau dijalani serius, hasilnya luar biasa. Dari Gorontalo, saya bisa sampai ke Mekkah,” ujarnya.
Kisah Halim Umar adalah bukti bahwa dari tanah Gorontalo, dengan usaha kecil namun penuh semangat, seseorang bisa menembus batas, bahkan sampai ke Tanah Suci.
(TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu)