TRIBUNGORONTALO.COM – Penyakit mulut dan muku (PMK) menjadi perhatian serius dokter hewan di Kabupaten Gorontalo Utara.
Dokter Hewan Dinas Peternakan Gorontalo Utara Yeni Ratno Wati, mengungkapkan PMK di Gorut sudah ada sejak awal Oktober 2024.
"Saat ini laporan dari masyarakat sudah tidak ada. Namun ketika dilakukan pengujian PMK dengan PCR dengan mengambil sampel darah hasilnya positif," ujar Yeni kepada TribunGorontalo.com, Rabu (14/5/2025).
Sampel darah kemudian dikirim ke Laboratorium di Sulawesi Selatan dan Jakarta.
Pengujian PMK terakhir kali dilakukan pada 2 Mei 2025 di pasar hewan.
"Semua sapi yang ada di pasar hewan bukan hanya dari Gorontalo Utara, namun dari luar Gorontalo Utara juga yang dibawa oleh pedagang," terangnya.
Sementara pengujian sapi dilakukan tiga hari sebelum Iduladha.
Ia mengaku keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga pemeriksaan dilakukan hanya lokasi yang bisa dijangkau.
Setelah disembelih organ-organ dalam sapi diperiksa, apakah terdapat cacing hati atau kelainan paru-paru.
Jika hati dan organ vitalnya rusak maka daging tidak bisa dikonsumsi.
Yeni bilang Gorontalo Utara belum aman dari PMK karena penyakitnya masih ada dan gejala-gejalanya. Kendatipun beberapa hewan sudah sembuh.
Baca juga: Gorontalo Sejak Akhir 2024 tak Lagi Ekspor Sapi, PMK Biang Keroknya
Apa itu PMK?
PMK diketahui merupakan penyakit yang menyarang mulut, hidung, kuku dan kaki sapi.
Yeni menjelaskan beberapa sapi yang mati terkena virus PMK harus segera ditangani.
Vaksinasi PMK untuk pencegahan penyakit menyebar ke kawanan lain.
Namun penanganan PMK seringkali terkendala pemilik ternak menolak vaksinasi.
Hal ini dikarenakan efek samping dari vaksin PMK bisa menyebabkan sapi demam.
"Padahal dengan adanya vaksinasi dapat mencegah adanya PMK, namun ada efek samping dari vaksin tersebut sama seperti vaksin Covid-19," ucapnya.
Vaksin PMK rencananya dilakukan pada Juni dan November 2025.
Yeni menambahkan, PMK tidak menular ke manusia.
Apakah sapi terjangkit PMK bisa dikonsumsi?
Menurut Yeni, sapi yang terkena PMK bisa dikonsumsi. Caranya daging sapi direbus terlebih dahulu agar virusnya mati. Setelah itu baru diolah.
"Jika dikonsusmi bisa karena PMK hanya menyerang pada mulut, hidung, kuku dan kaki, sementara dagingnya tidak apa-apa asalkan direbus dulu," terangnya.
Adapun Dinas Peternakan disebut hanya melakukan pencegahan awal dengan vaksinasi.
Selain PMK, ada penyakit sapi seperti Balisekte tapi tidak menular.
Penyakit Balisekter terjadi pada sapi bali. Balisekte merupakan efek samping yang dirasakan oleh sapi ketika memakan daun ketumbar. Kukilnya terkelupas dan luka.
(TribunGorontalo.com/Nawir Islim)