TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Seorang perempuan dengan tubuh yang mulai membungkuk, berdiri di balik meja sederhana, Sabtu (22/3/2025) pagi.
Tersusun rapi puluhan botol kaca yang dirakit jadi lampu kecil di atas meja tersebut. Botol-botol kaca kosong, siap diisi minyak tanah dan dinyalakan.
Perempuan lansia itu adalah Sonya Tanua, wanita 79 tahun yang setiap hari menunggu dengan sabar, berharap ada orang yang tertarik membeli lampu-lampu botol yang ia jual.
Lokasi jualannya di sisi jalan Kelurahan Tenda, Kecamaatan Hulothalangi, tepatnya menuju ke Taruna Remaja, Kota Gorontalo.
Baca juga: Baru Saja Terjadi Gempa Bumi di Teluk Tomini Antara Gorontalo dan Sulteng
Botol lampu ini biasanya digunakan pada tiga malam terakhir ramadan atau dalam tradisi Gorontalo disebut Tumbilotohe.
Sejak pagi buta, tepat pukul 07.00 Wita, Sonya sudah bersiap. Tangannya yang renta dengan telapak yang penuh keriput perlahan menata satu per satu botol dagangannya, memastikan tak ada yang miring atau jatuh.
Hari-harinya ia habiskan di depan meja kayu itu, menunggu pembeli hingga malam, selepas salat Tarawih.
Meski tubuhnya tak lagi sekuat dulu, ia tetap bertahan. Setiap hari adalah perjuangan, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang bergantung padanya.
"Saya mulai dari pagi sampai selesai salat Tarawih, berjualan di rumah saya," katanya, suaranya bergetar namun penuh harapan.
Di balik tubuh rentanya, Sonya menyimpan kisah yang penuh luka. Ia bukan hanya berjualan untuk menyambung hidupnya sendiri, tetapi juga untuk dua cucunya yang ia rawat sejak kecil.
Cucu perempuannya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, sementara cucu laki-lakinya sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Baca juga: Hikmah Ramadan: Merawat Kemabruran Puasa dari Rahman ke Rahim
Sejak kecil, mereka tumbuh dalam dekapan seorang nenek yang menjadi satu-satunya tempat mereka bersandar.
"Kalau yang laki-laki sudah bekerja di perusahaan swasta, alhamdulillah dia juga sering membantu," ujar Sonya dengan nada penuh syukur.
Namun, di balik kebersamaan mereka, ada luka yang tak mungkin sembuh.
Ibunda dari kedua cucunya telah tiada, meninggal secara tragis di tangan suaminya sendiri.