Berita Viral

Tak Punya Tempat Sampah, Siswa SD di Purworejo Jawa Tengah Jajan Wajib pakai Piring

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEKOLAH TANPA SAMPAH - Kepala SD Negeri Kroyokulon, Erti Widaryati. Sekolah yang dipimpin Erti meniadakan tempat sampah. Para siswa diwajibkan bawa mangkok atau piring dan gelas untuk jajan di sekolah, Selasa (25/2/2025).

TRIBUNGORONTALO.COM -- Siswa di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Purworejo diwajibkan menggunakan piring untuk jajan.

Hal itu disebabkan oleh sekolah ini tak memiliki tempat sampah sebagai tempat pembuangan.

Sehingga kepala sekolahnya pun menganjurkan siswanya jajan menggunakan piring.

Dilansir dari Kompas.com, sekolah yang tak memiliki tempat sampah adalah SD Negeri Kroyokulon yang terletak di Kecamatan Kemini, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Baca juga: Kades di Bogor Geli Bawah Bingkisan Nasi Kotak saat Pelantikan Bupati : Seperti Pulang Isra Miraj

Kepala SD Negeri Kroyokulon, Erti Widaryati mengatakan, meski tak ada tempat sampah, SD ini terlihat bersih dan rapi. 

Siswa dituntut untuk bisa mengelola sampah secara mandiri. 

Widaryati bercerita, gagasan sekolah tanpa tempat sampah ini berawal dari keprihatinannya saat pertamakali datang ke sekolah melihat banyak sampah berserakan. 

Kemudian ia berfikir untuk menciptakan tempat sampah utama di belakang sekolah. 

Baca juga: Daftar 24 Daerah Diminta PSU Usai Sidang Putusan Sengketa Pilkada di MK, Termasuk Gorontalo Utara

Namun, karena beberapa hal, terutama biaya, pembuatan tempat sampah utama tersebut urung dilaksanakan. 

Kemudian timbul di pemikiran para guru untuk membuat program 'Sampahku Tanggungjawabku'. 

SD Negeri Kroyokulon kemudian memutuskan untuk meniadakan pengadaan tempat sampah di sekolah, hal itu dilakukan agar anak- anak lebih fokus untuk mengelola sampah tersebut dan tidak ada kesempatan untuk menbuang sampah ketempat sampah. 

"Ini kita mulai sejak bulan Januari 2025 lalu, tapi kalau program pengurangan sampah plastik sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2024," kata Widaryati dihubungi melalui telepon, Selasa (25/2/2025).

"Progam tersebut berisi kewajiban anak- anak untuk mengelola sampahnya sendiri," tambah Widaryati. 

Baca juga: Daftar 33 Harga HP Realme dari Rp1 Jutaan di Februari 2025, Cek Sekarang

Untuk mendukung progam tersebut maka anak- anak di SD Negeri Kroyokulon ini disarankan dan diminta untuk membawa alat untuk jajan berupa mangkok atau piring kemudian gelas. 

Barang barang tersebut disimpan dikelasnya masing- masing dan kami sekolah menyediakan rak piring. 

"Nah anak- anak ketika jajan misalnya beli bakso dan gorengan atau jajan yang lain itu tidak dibungkus dengan plastik tapi menggunakan alat - alat yang dibawa tersebut," kata Widaryati. 

Kepala sekolah menyebut, seluruh siswa merespon kebijakan itu dengan sangat antusias, mereka tanggung jawab dengan komitmen mereka untuk mengelola sampahnya sendiri. 

Pihak sekolah juga bekerjasama dengan pemerintah desa, komite, untuk mengawasi anak- anak agar tidak membuang sampah di pinggir jalan atau membuang sampah sembarangan saat pulang sekolah. 

Baca juga: 5 Pasangan Bukan Suami Istri Digerebek Polisi di Penginapan Kota Gorontalo, Ada Anak di Bawah Umur

"Kalau itu dilanggar berarti Itu namanya tidak mengelola sampah tapi hanya memindahkan sampah," terangnya. 

Diungkapkan, ide itu muncul hanya dari pemikiran kepala sekolah dan guru yang kemudian disampaikan kepada siswa, lalu disampaikan ke komite, dan juga bekerjasama dengan penjual yang ada di lingkungan SD Negeri Kroyo Kulon. 

"Dan kemarin kegiatan P5 kita ada tema Memilih Gaya Hidup Berkelanjutan, yaitu dengan mengelola sampah yang dibuat menjadi barang yang bermanfaat, seperti menjadi tempat minuman mineral, menjadi vas bunga, lalu plastik kresek dibuat menjadi bunga dan lain sebagainya," kata Kepala Sekolah. 

Baca juga: Didiskualifikasi MK, Kabupaten Gorontalo Utara Diminta PSU Tanpa Ridwan Yasin

Disebutkan SD Negeri Kroyokulon memiliki siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 dengan jumlah 73 siswa. 

Dan ia berharap dengan kegiatan pengelolaan sampah ini bisa mewujudkan lingkungan sekolah menjadi bersih dan tertata. 

"Kebiasaan ini tidak hanya dilingkungan sekolah saja namun diterapkan ke sekeliling sekolah dan di rumah masing-masing agar bisa menjadi percontohan," tutup Widaryati.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com