Politik Nasional

Jokowi Mengaku Dipaksa Beri Sambutan HUT Ke-17 Gerindra, tak Berani Nolak karena Permintaan Prabowo

Penulis: Redaksi
Editor: Wawan Akuba
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PIDATO JOKOWI - Joko Widodo (Jokowi) turut memberikan arahan saat perayaan HUT Gerindra ke-17 di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (15/2/2025) pagi. Jokowi mengatakan sebenarnya dia meminta tak perlu pidato. /Youtube: Tribunnews.com

TRIBUNGORONTALO.COM -- Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa dirinya sempat berusaha menghindari memberikan sambutan dalam perayaan HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, pada Sabtu (15/2/2025).

Namun, ia akhirnya tetap berpidato karena permintaan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

"Sebetulnya tadi malam saya sudah bernegosiasi dengan Pak Sekjen Gerindra agar saya tidak usah memberikan sambutan," ujar Jokowi dalam pidatonya.

Namun, permintaan itu ditolak oleh Sekjen Gerindra Ahmad Muzani dan Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Jokowi mengatakan keduanya menyampaikan bahwa permintaan tersebut datang langsung dari Presiden Prabowo, sehingga ia tidak bisa menolaknya.

"Pak Muzani dan Pak Dasco bilang, 'Pak Jokowi ini yang meminta langsung dari Presiden Prabowo'. Karena yang meminta adalah panglima tertinggi, saya sampaikan, siap Pak! Karena yang memerintah adalah pemimpin tertinggi kita, Presiden RI," jelas Jokowi.

Dalam pidatonya, Jokowi juga menyoroti tingkat dukungan yang dimiliki Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.

Ia membandingkan angka survei kepuasan publik terhadap pemerintahannya sendiri pada awal masa jabatannya dengan Prabowo saat ini.

"Di awal saya menjabat tahun 2014, approval rating saya 62 persen, tapi kemudian turun jadi 52 persen setelah harga BBM naik," kata Jokowi.

Sementara itu, kata Jokowi, Prabowo memiliki tingkat kepuasan publik yang jauh lebih tinggi.

"Seratus hari kemarin, survei kinerja Prabowo 80,9 persen. Dukungan dari parlemen DPR di atas 80 persen," ujarnya.

Menurut Jokowi, dengan tingkat dukungan rakyat dan parlemen yang kuat, Prabowo memiliki peluang besar untuk merealisasikan program-programnya dengan baik.

"Di dunia saat ini, saya lihat tidak ada yang berani mengkritik Prabowo. Saking kuatnya, sampai detik ini tidak ada yang berani menyalahkan beliau," kata Jokowi yang disambut tawa Prabowo dan para kader Gerindra.

Jokowi: Dikit-dikit yang Salah Saya

Jokowi juga menyinggung bahwa dirinya terus menjadi sasaran kritik, termasuk setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI.

Ia menyebut kritik itu datang dari berbagai pihak, termasuk elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

"Yang jadi sasaran adalah Jokowi. Dikit-dikit yang salah Jokowi. Coba sekali-kali nyalahin Pak Prabowo, nggak berani," ujar Jokowi.

Jokowi pun menyinggung bagaimana Prabowo tetap gigih dalam perjalanan politiknya meski sempat kalah dalam dua pemilihan presiden sebelumnya.

"Mohon maaf, dua kali yang mengalahkan saya," kata Jokowi disambut tawa hadirin.

Dengan dukungan yang dimiliki Prabowo, Jokowi meyakini berbagai program pemerintahan akan berjalan dengan baik dan Partai Gerindra akan semakin besar di masa depan.

Siapa yang kerap salahkan Jokowi?

Seperti diketahui sejak Pilpres 2024 lalu, Jokowi terus-menerus dikritik dan disalahkan oleh elite PDIP.

Serangan politik para elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terhadap Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi tiada berhenti.

Meski Jokowi telah resmi dipecat sebagai kader PDIP sejak Senin 16 Desember 2024 lalu.

Misalnya terkait kasus Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Jubir PDIP  Mohamad Guntur Romli  menilai penggeledahan rumah Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto beberapa waktu lalu oleh penyidik KPK merupakan bagian dari upaya untuk mengalihkan isu dari pengumuman OCCRP.

Seperti diketahui Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) kala itu menempatkan Jokowi sebagai finalis terkorup di dunia tahun 2024. 

Pakar Politik Adi Prayitno menjelaskan  mengapa PDIP terus menyerang Jokowi.

Padahal Jokowi sudah tidak lagi berkuasa memimpin pemerintahan Indonesia.

"Serangan politik, hujatan-hujatan politik yang seakan-akan ini tak pernah ada hentinya selalu dialamatkan kepada Jokowi," kata Adi Prayitno  dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Adi Prayitno Official, Rabu (8/1/2025). (*)