TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Musim Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 di Kota Gorontalo kembali tiba.
Tahun ini, Kota Gorontalo menerapkan sistem zonasi secara ketat, menghapus jalur prestasi, dan mendorong pemerataan kualitas pendidikan di semua sekolah.
Kebijakan ini menuai pro dan kontra. Di satu sisi, sistem zonasi diharapkan menghapus stigma "sekolah favorit" dan mendorong pemerataan kualitas pendidikan.
Di sisi lain, beberapa orang tua merasa dirugikan karena tidak dapat menyekolahkan anak di sekolah yang mereka inginkan.
Hal ini disampaikan oleh Multi Ahmad, Kepala Seksi Kurikulum bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), Dinas Pendidikan Kota Gorontalo kepada TribungGorontalo.com, Senin (24/6/2024).
Kata Multi, sistem zonasi adalah salah satu jalur penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2024, berdasarkan jarak tempat tinggal calon siswa dengan lokasi sekolah.
Siswa dianjurkan mendaftar ke sekolah yang paling dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.
"Kalau zonasi itu kan ada syarat radiusnya, misalnya SDN 1, kelurahan apa saja yang bisa masuk di situ, dan seterusnya,"
"Ada juga yang beririsan, misalnya dia bisa ke SDN 27 tapi juga bisa ke SDN 28, nah kalau begini mereka bisa memilih," jelas Multi.
Menurut Multi, sistem zonasi sangat efektif untuk menghapus label 'sekolah favorit' yang sudah terbentuk dalam tatanan sosial saat berbicara tentang persoalan pendaftaran siswa baru.
Diketahui, sebelumnya sering dibuka jalur prestasi dalam pendaftaran siswa baru. Namun, di tingkat SD jalur tersebut kini ditiadakan.
"Jalur prestasi ini ditiadakan, karena sudah ada sistem zonasi. Ketika itu sudah terpenuhi, maka siswa yang masuk karena prestasi tidak dilayani," terang Multi.
"Metode ini efektif sekali jika diikuti dengan benar, akan membantu orang tua dalam hal ekonomi. Orang tua bisa menghemat uang transport, jadi bisa jalan kaki ke sekolah, karena sekolahnya dekat dari rumah," kata Multi.
Sistem ini bertujuan menyamaratakan syarat, sistem, perlakuan dan aspek penting lainnya, di setiap instansi pendidikan.
Pembentukan sistem ini diharapkan menghapus label 'sekolah favorit' yang terbentuk di kalangan masyarakat.