Beras Gorontalo

Petani Gorontalo Justru Ngutang Beras di Tengah Harganya yang Tinggi

Penulis: Herjianto Tangahu
Editor: Wawan Akuba
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani sawah di Desa Hutadaa, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Iwan Karim, sedang membajak lahan untuk ditanami.

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Meski bekerja sebagai petani sawah, Iwan Karim harus berhutang beras.

"Baru mau makan apa? Manalagi beras sudah mahal," keluhnya saat diwawancarai TribunGorontalo.com, Jumat (1/3/2024).

Iwan adalah seorang petani di Desa Dulohupa, namun saat ditemui TribunGorontalo.com, ia sementara membajak lahan untuk ditanami tomat di Desa Hutadaa, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

Saat beras mulai naik, Iwan mengaku harus berhutang beras di warung harian dekat rumahnya.

Ia mengaku di akhir 2023 kemarin, harus puasa tanam karena kekeringan. 

"Polodulahe (musim kemarau), jadi baru bisa tanam di bulan Januari tahun ini," ungkapnya. 

Ia sendiri memiliki 10 pantango lawah yang baru saja ia tanami. 

Pada panen-panen sebelumnya, ia menjual hasil panen ke sejumlah pedagang dekat rumahnya. 

"Satu koli itu harganya sekitar 650-700 ribu," rincinya. 

Sebelumnya kata Iwan, produksi empat pantango sawahnya bisa sampai 50 koli.

Namun di saat harganya sudah menyentuh di angka Rp 900 ribu per koli, ia tak ada stok untuk dijual. 

"Bahkan di panen sebelumnya, saya masih punya hutang Rp 5 juta ke penggilingan," ungkap Iwan. 

Momentum kenaikan harga beras, harusnya petani memiliki stok yang cukup untuk dijual. 

Selain harga, stok itu juga dikatakan Iwan sebagai amunisi jelang puasa Ramadhan. 

Usia tanam padinya saat ini sudah sekitar dua bulan, Iwan pun berharap harganya tetap naik, agar hasil panen sawahnya yang tinggal beberapa bulan lagi dapat dinikmati. 

"Kemungkinan habis puasa baru bisa panen, semoga harganya masih diatas," tutupnya. (*)