Lebaran Ketupat Gorontalo

Jualan Nasi Bulu di Kampung Jawa-Gorontalo, Rp 30 Ribu Per Ujung

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hadijah Baderan atau biasa disapa Mbok Jango membakar nasi bulu (nasi jaha) di belakang rumahnya untuk disajikan pada Bakdo Kupat. Dalam usia tuanya ia tetap gesit dan lincah mengatur besar kecilnya api (KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR)

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Jangan kira seluruh masyarakat di kawasan Kampung Jawa menyediakan nasi bulu dengan gratis. Sebab, beberapa yang disediakan ternyata berbayar. Misalnya yang dijajakan di bahu jalan di Jalan Trans Sulawesi, di Desa Yosonegoro, Kecamatan Limboto Barat.

Amir, salah satu penjual kepada TribunGorontalo.com menjelaskan, inisiatif untuk menjual nasi bulu dan dodol muncul, ketika ia melihat kemacetan begitu padat di kawasan tersebut. 

"Daripada lelah harus melewati macet hanya untuk nasi bulu dan dodol, lebih baik beli saja," tutur Amir, Senin (9/5/2022). 

Amir bukanlah warga setempat, ia datang dari Isimu, Kecamatan Tibawa. Wilayah itu kira-kira terpaut beberapa kilometer dari kawasan ia berjualan. 

Meski begitu kata dia, tidak jarang masyarakat yang justru singgah untuk membeli dagangannya. Terlebih nasi bulu dan sate yang merupakan favorit warga. 

Ia pun merincikan, untuk satu bungkus dodol ia menjualnya Rp 5 ribu per bungkus. Itu sudah terhitung murah, apalagi jika nanti untuk dibawa pulang ke rumah. 

Sementara untuk nasi bulu, untuk satu ujung yang kira-kira berukuran 1 meter, harganya dipatok Rp 30 ribu. Jika dipotong-potong 2 cm, maka harga segitu sudah bisa dapat 15 potong nasi bulu. 

Nasi bulu juga disebut sebagai nasi jaha. Hidangan berbahan dasar nasi yang dibakar dalam bulu atau bambu ini, berasal dari Manado, Sulawesi Utara.

Sunarti, warga Kota Gorontalo yang memang sengaja berburu nasi bulu ke kawasan Kampung Jawa menuturkan, sedari pagi ia sudah mendatangi rumah-rumah keluarganya, namun justru tak disuguhi apa yang ia cari. 

“Tidak ada, zonk. Alhamdulillah di emperan jalan ada yang menjual nasi bulu dengan harga Rp 30 ribu sudah dapat satu ujung. Lumayan nasi bulu di lokasi ini dijual memang masih panas sehingga tiba dirumah nanti masih sedap rasanya,” tegasnya. 

Selain Amir, Iman Umar juga menjadi penjual nasi bulu dadakan di bahu jalan kawasan Kampung Jawa. Bisa dibilang, aktivitas ini hanya dilakoni setiap tahun sekali.  

Modalnya kata dia adalah lima karung beras atau jika setiap koli seberat 500 kg, artinya dia membuat nasi bulu dari 2.000 kilo nasi bulu. 

Hari ini pun ia mengaku berhasil menjual 115 ujung nasi bulu. Namun harganya lebih mahal, mencapai Rp 50 ribu. 

"Alhamdulillah sejak pagi tadi 115 ujung nasi bulu berhasil terjualkan," tandas dia.

Memang, diketahui sudah bertahun-tahun masyarakat Gorontalo menjadikan kawasan kampung Jawa di Kabupaten Gorontalo, sebagai tujuan para perayaan Lebaran Ketupat. 

Halaman
12