Cuaca Gorontalo
Kemarau Gorontalo Diprakirakan Molor Dua Bulan, Petani Terancam
Musim kemarau 2025 di Provinsi Gorontalo diprediksi tak akan datang tepat waktu. Bahkan, sebagian besar wilayah akan mengalaminya dengan jeda
Penulis: Arianto Panambang | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Musim kemarau 2025 di Provinsi Gorontalo diprediksi tak akan datang tepat waktu.
Bahkan, sebagian besar wilayah akan mengalaminya dengan jeda hingga 70 hari dari jadwal klimatologis normal.
Hal ini terungkap dari analisis prakiraan musim kemarau yang dirilis Stasiun Klimatologi BMKG Gorontalo, Selasa (8/7/2025).
Fenomena ini diperkirakan bakal membawa dampak signifikan, khususnya bagi sektor pertanian.
Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Gorontalo, Merpati Nalle, kemunduran musim kemarau terjadi hampir di seluruh Zona Musim (ZOM) di wilayah ini.
“Mayoritas ZOM di Gorontalo, seperti ZOM_07 dan ZOM_08, mengalami kemunduran awal musim kemarau antara 40 hingga 70 hari. Ini menyebabkan durasi musim kemarau menjadi lebih pendek, bahkan berpotensi lebih basah dari biasanya,” jelas Merpati.
Musim Kemarau Tanpa Kekeringan
Fenomena ini, kata Merpati, dipengaruhi oleh kondisi ENSO netral dan suhu muka laut yang lebih hangat dari rata-rata, terutama di wilayah perairan Indonesia timur.
Kondisi tersebut meningkatkan potensi awan hujan, meski seharusnya wilayah Gorontalo mulai memasuki periode kering.
“Bahkan ZOM 03, yang mencakup sebagian wilayah pesisir utara, diprediksi tidak akan mengalami kemarau sama sekali tahun ini,” ungkapnya.
Dengan kata lain, musim kemarau 2025 tak akan terasa benar-benar kering.
Petani Harus Waspada: Kemarau Basah Bisa Picu Hama dan Gagal Panen
Pergeseran musim ini menjadi peringatan dini bagi petani. Tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan bawang, yang selama ini diandalkan petani Gorontalo, sangat rentan terhadap kelembapan tinggi.
Kondisi tersebut dapat memicu ledakan hama dan penyakit tanaman, terutama jika pola tanam tidak disesuaikan.
“BMKG mendorong petani menyesuaikan kalender tanam dan memperkuat sistem perlindungan tanaman, seperti sanitasi lahan, pengaturan jarak tanam, serta penggunaan varietas tahan penyakit,” imbau Merpati.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.