Berita Gorontalo
Berjualan Bendera Merah Putih dari Batudaa Gorontalo, Endang Potale Cuan hingga Puluhan Juta
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang, geliat usaha musiman mulai tampak di berbagai penjuru
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang, geliat usaha musiman mulai tampak di berbagai penjuru Kota Gorontalo.
Salah satu yang paling mencolok adalah deretan pedagang bendera merah putih di pinggir jalan.
Salah satunya adalah Endang Potale, warga Desa Bua, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo.
Di balik lapak sederhananya di ruas jalan HB Jassin Agussalim, Kota Gorontalo, Endang berhasil meraup pendapatan hingga Rp50-60 juta hanya dalam waktu sebulan dari berjualan bendera.
“Usaha ini sudah saya tekuni sejak tahun 2015. Awalnya saya keliling ke sekolah-sekolah, baru mulai buka lapak di jalan sejak 2016,” cerita Endang kepada Tribun Gorontalo saat ditemui di lokasi jualannya, Selasa (8/7/2025).
Lapak di Beberapa Daerah, Omzet Menggoda
Bukan hanya di Kota Gorontalo, Endang juga membuka cabang jualan di beberapa titik lain di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango.
Hal inilah yang membuat pendapatannya bisa tembus puluhan juta tiap musim kemerdekaan.
“Kami tidak hanya jualan di kota, tapi juga buka lapak di Bone Bolango dan daerah lain. Itu sebabnya omzet bisa tinggi,” ucapnya.
Endang mengaku bahwa puncak penjualan biasanya terjadi di pertengahan Juli hingga menjelang 17 Agustus, karena saat itulah permintaan dari sekolah, kantor, hingga masyarakat umum mulai melonjak.
Dari Rp5 Ribu hingga Ratusan Ribu, Lengkap Semua Ukuran
Lapaknya menyediakan berbagai jenis dan ukuran bendera. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp5 ribu hingga Rp300 ribu, tergantung ukuran dan jenis kain.
“Yang kecil biasanya Rp5 ribu atau Rp10 ribu. Ada juga yang besar sampai Rp275 ribu atau Rp450 ribu, tergantung kualitasnya,” jelasnya sambil merapikan bendera yang dipajang di sisi jalan.
Endang berjualan setiap hari mulai pukul 06.00 Wita hingga 18.00 Wita. Waktu buka yang lebih pagi ditujukan untuk menangkap pembeli dari kalangan pegawai negeri dan pekerja yang melintas di pagi hari.
Meski secara umum usahanya lancar, Endang mengaku kadang terkendala oleh sikap pembeli yang terlalu banyak menawar.
“Ada juga yang nawar di bawah harga banget. Kalau stok masih banyak sih kami bisa kasih, tapi kalau tinggal sedikit, ya mohon maaf,” katanya sembari tersenyum.
Meski usaha bendera ini bersifat musiman, Endang tetap membuka lapak di hari-hari biasa, menjual bendera Palestina dan beberapa bendera negara lain. Namun, penghasilannya tidak sebesar saat mendekati bulan kemerdekaan.
Fenomena pedagang bendera musiman ini sudah menjadi pemandangan umum di Gorontalo setiap tahunnya. Namun di balik kesederhanaan lapaknya, tersimpan peluang ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat kecil yang jeli membaca momentum nasional.
Endang, ditemani anaknya yang turut membantu menjaga lapak, menjadi contoh bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya milik upacara seremonial, tetapi juga dirayakan lewat kerja keras dan kreativitas rakyat kecil. (*)
3 Berita Lokal Gorontalo Populer Hari ini: Begal Payudara hingga Viral MBG Ikan Teri |
![]() |
---|
3 Sosok di Gorontalo Jadi Berita Populer : Agus Hilimi di Kamboja hingga Guru SD di Paguat |
![]() |
---|
3 Berita Lokal Gorontalo Terpopuler: Kronologi Agus Hilimi Disekap hingga Renovasi Kantor Gubernur |
![]() |
---|
3 Berita Viral di Gorontalo: Penemuan Mayat, Jenazah Diangkut Motor hingga Bayi Meninggal di RS |
![]() |
---|
90 Persen Perpustakaan di Gorontalo tak Terakreditasi, Rata-rata Kekurangan Buku |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.