Universitas Negeri Gorontalo

Vera P Gintulangi Mahasiswa UNG Gorontalo Analisis Pengaruh Perasan Daun Alpukat terhadap Bakteri

Vera P Gintulangi, mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo

Editor: Fadri Kidjab
Julia Volk/Pexels.com
PENELITIAN MAHASISWA: Foto buah alpukat, diambil dari Pexels,com, Senin (24/2/2025). Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo meneliti pemanfaatan daun alpukat. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Vera P Gintulangi, mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo meneliti pemanfaatan daun alpukat.

Penelitian ini berfokus pada pengaruh daun alpukat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Vera menuliskan tiap proses percobaan terhadap perasan daun alpukat.

Perasan daun alpukat adalah hasil dari daun yang ia tumbuk halus dan dicampur aquades.

"Untuk mendapatkan perasan daun alpukat dilakukan dengan cara mengambil daun alpukat pada tangkai kedua dan ketiga dari pucuk.

"Daun muda dari tanaman alpukat yang masih segar kemudian dicuci bersih untuk memungkinkan tidak ada kotoran yang tercampur di dalamnya," tulis Vera dalam skripsinya yang terbit pada 2016.

Setelah melewati proses sebelumnya, perasan daun tanaman alpukat dibagi menjadi empat bagian. Pertama, 10 ml perasan daun alpukat dicampur dengan 90 ml aquades. Kedua, 20 ml perasan daun alpukat dicampur dengan 80 ml aquades.

Baca juga: Adam Suduri Mahasiswa UNG Gorontalo Teliti Kulit Buah Nanas sebagai Antibakteri Alami

Ketiga, 30 ml perasan daun alpukat dicampur dengan 70 ml aquades. Keempat 40 ml perasan daun alpukat dicampur dengan 60 ml aquades.

Kemudian siapkan dua cawan petri dan 15 ml media MHA dituangkan.

Selanjutnya, bakteri S. aureus dan E. coli diinokulasi ke medium Nutrien Broth sebanyak 1 ose, kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam dengan suhu 37 derajat celsius.

Bakteri S. sureus dapat ditemukan di permukaan kulit sebagai kuman flora normal, terutama di sekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus.

Sementara, E. coli merupakan salah satu bakteri yang termasuk ke dalam golongan koliform dan secara normal hidup di dalam usus besar dan kotoran manusia maupun hewan.

Kemudian siapkan kertas cakram, masing-masing dicelupkan kedalam perasan daun alpukat dan aquades sebagai kontrol. 

Kertas cakram diletakkan pada masing-masing perlakuan dan diinkubasi selama 1 x 24 jam untuk mengukur zona hambat atau zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram.

Vera berharap penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lainnya untuk mengetahui senyawa spesifik yang berkhasiat sebagaj antibakteri pada daun tanaman alpukat dan aktivitas antibakterinya terhadap bakteri lain. (*)

 

(Sri Yolanda Tangahu/Mahasiswa Magang TribunGorontalo.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved