Universitas Negeri Gorontalo

Adam Suduri Mahasiswa UNG Gorontalo Teliti Kulit Buah Nanas sebagai Antibakteri Alami

Adam Suduri, mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Negeri Gorontalo (UNG)

Editor: Fadri Kidjab
Mawar Datunsolang/Mahasiswa Magang TribunGorontalo.com
PENELITIAN MAHASISWA: Foto gedung Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo, diambil Senin (24/2/2025). Mahasiswa Jurusan Biologi meneliti kulit nanas sebagai antibakteri alami. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Adam Suduri, mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), melakukan penelitian inovatif di bidang medis.

Penelitiannya berjudul "Pengaruh Perasan Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli".

Penelitian kuantitatif ini berfokus pada pemanfaatan kulit buah nanas sebagai anti bakteri alami. 

Kulit nanas yang sering dianggap sebagai limbah ternyata mengandung senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, steroid, tannin, dan saponin yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri.

Penelitian ini dilakukan Adam Suduri di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dan hasilnya diterbitkan pada 21 April 2017.

Menurut Adam, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perasan kulit buah nanas dan mencari alternatif bahan anti bakteri alami, yang ramah lingkungan. Juga dapat mengurangi limbah kulit nanas.

"Kulit nanas sering dianggap sebagai sampah, padahal memiliki potensi besar sebagai anti bakteri alami. Dengan penelitian ini, saya berharap kulit nanas dapat dijadikan sebagai bahan anti bakteri, bukan sekadar limbah," tulisnya.

Baca juga: Cerita Sinta Dewi Ginoga Dosen Gorontalo Berusia 26 Tahun, Kiat Jadi Pengajar Profesional

Adam menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari persiapan alat dan bahan, pembuatan media bakteri, hingga pengujian efek antibakteri dari perasan kulit nanas.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blender, kain katun, pisau, tabung erlenmeyer, tabung reaksi, cawan petri, pinset, kapas, ose, kertas saring, kasa, sendok, spuit, autoklaf, spektrofotometer, oven, inkubator, laminar airflow, shaker inkubator, api bunsen, timbangan analitik, aluminium foil, jangka sorong, kamera, kertas label, masker, dan sarung tangan.

Setelah itu bahan yang digunakan adalah kulit buah nanas, biakan murni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, sabun antiseptik (dettol), disk paper, aquades, alkohol 70 persen, Nutrient Broth (NB), dan Mueller Hinton Agar (MHA).

Langkah-langkah

Mula-mula kupas satu buah nanas. Kulitnya dicuci dengan aquades steril. Lalu diblender dan diperas untuk mendapatkan ekstraknya.

Selanjutnya persiapkan media biakan murni Staphylococcus aureus dan Escherichia coli diinokulasi pada cawan petri menggunakan metode Pour Plate. 

Tuangkan sebanyak 15 mL media Mueller Hinton Agar (MHA) dituangkan dan diputar membentuk angka delapan hingga memadat.

Celupkan kertas cakram ke dalam perasan kulit nanas dengan konsentrasi 25 % , 50 % , 75 % , dan 100 % . Kemudian, tambahkan aquades steril sebagai kontrol.

Adapun kertas cakram ditempatkan di atas media MHA, lalu diinkubasi selama 24 jam.

Setelah terjadi inkubasi, zona hambat yang terbentuk di sekitar kertas cakram diukur dengan jangka sorong atau mistar.

Kategori zona hambat: 

5 mm: Aktivitas lemah, 5-10 mm: Aktivitas sedang, 10-19 mm: Aktivitas kuat, 20 mm: Aktivitas sangat kuat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan kulit nanas dengan konsentrasi 25 % , 50 % , 75 % , dan 100?rpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.

Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan rata-rata luas zona hambat antara Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Dugaan utama adalah semakin tinggi konsentrasi perasan kulit nanas, semakin besar zona hambat yang terbentuk. 

Hal ini disebabkan oleh kandungan zat aktif dalam kulit nanas yang semakin banyak seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak.

Adam menutup penelitian ini dengan harapan bahwa hasil risetnya dapat menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah buah-buahan sebagai antibakteri alami.

“Saya berharap penelitian kulit buah nanas dapat dijadikan sebagai bahan anti bakteri bukan sebagai limbah. Karena semakin lama kulit nanas dibiarkan menumpuk, tentunya akan mencemari lingkungan. Terutama baunya yang tidak enak. Sehingga dengan penelitian ini bisa membantu mengurangi limbah serta memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat," tutupnya. (*)

 

(Reporter: Mawar Hardiknas Tasya Datunsolang/Mahasiswa Magang TribunGorontalo.com)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved