Human Interest Story
Cerita Pulu, Warga Kota Gorontalo: 30 Tahun Berkutat dengan Jarum dan Benang Demi Keluarganya
Pulu, biasa dipanggil orang-orang merupakan seorang pria yang selalu berkutat dengan jarum dan benang demi kehidupan keluarganya.
Penulis: Faisal Husuna | Editor: Prailla Libriana Karauwan
TRIBUGORONTALO.COM, Gorontalo -- Pulu, biasa dipanggil orang-orang merupakan seorang pria yang selalu berkutat dengan jarum dan benang.
Jarum dan benang digunakan Pulu untuk menjahit sol sepatu milik pelanggan yang perlu diperbaiki.
Dia menempati lapak di Pasar Sentral, Jalan Pattimura, Kelurahan Limba U2, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo sejak tahun 1995.
Artinya, Pulu mangkal bekerja menjadi tukang sol sepatu sudah selama 30 tahun.
"30 tahun mas, saya menjahit sepatu di kawasan Pasar Sentral Kota Gorontalo ini," ujarnya kepada TribunGorontalo.com, Minggu (26/1/2025).
Baca juga: Cerita Keli Danu di Gorontalo Utara, Buka Usaha Warung Selama 20 Tahun
Awal Pulu menempati kawasan ini, tukang sol sepatu hanya berjumlah sedikit.
Namun berbeda dengan sekarang, sudah ada puluhan tukang sol sepatu yang menemaninya bekerja.
Sehingga mau tak mau Pulu harus berbagi rezeki dengan tukang sol sepatu lainnya.
Kata Pulu, dalam sehari dirinya paling banyak ada sepuluh pasang sepatu yang masuk.
"Paling banyak itu dalam satu hari saya bisa menjahit 10 pasang sepatu," lanjutnya.
Pulu berasal dari Kelurahan Limba U2, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo berdekatan dengan tempatnya bekerja.
Setiap hari, Pulu harus berkutat dengan jarum dan benang demi menghidupi keluarganya.
Jarinya yang luka akibat tertusuk jarum sudah biasa baginya.
Baca juga: Peluh Kesah Cerita Umar Hamka, Seorang Penjual Es Cendol di Gorontalo Utara
Demi kehidupan keluarganya, Pulu rela harus banting tulang.
Tak peduli dengan teriknya panas matahari atau hujan yang datang membasahi, ia tak pernah absen dari kesibukan dengan benang dan jarum itu.
Dia bekerja menjadi tukang sol sepatu sejak pagi sekira pukul 08.00 Wita.
"Saya buka setiap hari, habis antar antar anak-anak ke sekolah," ungkapnya
Harga jahitan sepatu di lapak Pulu bervariasi, mulai dari Rp 15-25 ribu tergantung jenis sepatu dan tingkat kesulitan menjahitnya.
Namun, walaupun dengan harga tersebut, Pulu mengakui penghasilannya kerap tak menentu.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dirinya sering melakukan pekerjaan lain selagi bisa mendapatkan penghasilan.
"Saya juga mencari pekerjaan tambahan," ucapnya.
Baca juga: Sadam Bunuiyo Cerita Pengalaman Jadi Sopir Bentor di Kabupaten Gorontalo Utara
Dari pekerjaan tambahannya, Pulu bisa menyisipkan sedikit demi sedikit sebagian pendapatannya untuk ditabung.
Tabungan itu digunakannya untuk membeli sebuah bentor yang kini dipakainya untuk mencari penghasilan tambahan.
Pulu akan beralih menjadi sopir bentor ketika orderan sepatu lagu sepi.
Dia rela berkeliling Kota Gorontalo untuk mencari penumpang pada malam hari.
"Kalau cuman bertahan, berharap pendapatan menjahit, tentu setengah mati, jadi saya malam kalau lagi sepi, bawa bentor cari penumpang," ungkapnya .
Kata Pulu, hasil yang diperoleh dari ojek bentor itu, disimpan untuk digunakan sebagai jajan anak-anaknya ke sekolah besok pagi.
Puluhan tahun lamanya, Pulu berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca juga: Cerita Sudarmaji Pensiunan TNI Penjaga Taman Makam Pahlawan Gorontalo Sejak 1990
Berkat kerja kerasnya, dua dari empat anaknya telah selesai ia tamatkan di bangku sekolah.
"Alhamdulillah, dua anak-anak sudah lulus sekolah, dua lagi sementara duduk di bangku sekolah," ungkapnya.
Sehingga Pulu konsisten menjalankan dua pekerjaan dalam sehari demi menafkahi anak dan istrinya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.