Human Interest Story

Nelayan Danau Limboto Gorontalo Curhat Bertahan Hidup di Tengah Kesulitan dan Minimnya Bantuan

Saat ditemui Tribun Gorontalo, Rabu (15/1/2025), Sudirman sedang bersiap-siap pulang setelah seharian mencari ikan.

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Jefri Potabuga, TribunGorontalo.com.
Sudirman Asika (51) nelayan asal Hutuo Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo saya ditemui Tribun Gorontalo, Rabu (15/1/2025). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Sudirman Asika (51), seorang nelayan asal Desa Hutuo, Kecamatan Limboto, menggantungkan hidupnya dari Danau Limboto selama bertahun-tahun.

Saat ditemui Tribun Gorontalo, Rabu (15/1/2025), Sudirman sedang bersiap-siap pulang setelah seharian mencari ikan.

Ia menceritakan rutinitas hariannya yang dimulai sejak pagi.

“Biasanya saya turun ke danau sekitar pukul 07.00 atau 09.00 Wita, dan pulang ke rumah sekitar pukul 14.00 Wita,” ungkapnya.

Setiap hari, ia bolak-balik dari rumah ke danau dengan berjalan kaki.

Sudirman tinggal bersama istrinya, sementara anak perempuannya sudah menikah dan menetap di Atingola. 

Anak laki-lakinya, sayangnya, telah meninggal dunia.

Sebagai seorang nelayan, Sudirman sudah menggeluti profesi ini sejak duduk di bangku SMP.

Ia mengenang masa-masa awal ketika bekerja membantu orang tuanya. 

Kini, pekerjaan ini menjadi satu-satunya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Namun, hasil tangkapannya sering kali tidak seberapa.

“Biasanya saya hanya mendapatkan Rp50 ribu hingga Rp100 ribu sehari, tergantung banyaknya ikan yang berhasil ditangkap. Kalau hasilnya sedikit, ya Alhamdulillah, tetap disyukuri,” katanya dengan nada penuh keikhlasan.

Meski kulitnya menghitam akibat paparan matahari, Sudirman tetap berjuang setiap hari di bawah terik demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Namun, tantangan besar kini menghampirinya. Pertumbuhan enceng gondok yang semakin masif di Danau Limboto menghambat pekerjaannya.

“Enceng gondok ini sering kali mengganggu tangkapan ikan. Pukat yang sudah kami pasang di danau sering tersangkut dan terbawa oleh enceng gondok. Kami sudah berusaha membersihkan, tapi tumbuh lagi. Jadi, harus dilakukan setiap hari,” jelasnya.

Kendati demikian, Sudirman mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Ia merasa bantuan hanya diberikan kepada pihak-pihak tertentu.

“Saya pernah diminta menyerahkan KTP untuk pendataan bantuan perahu, tapi sampai sekarang tidak ada realisasinya. Hanya orang lain yang mendapatkan bantuan itu, sedangkan saya tidak. Akhirnya, saya berusaha sendiri membeli perahu dengan harga lebih dari Rp2 juta,” ujarnya dengan nada kecewa.

Sudirman berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kondisi nelayan seperti dirinya, yang menjadi tulang punggung keluarga dengan penghasilan yang pas-pasan.

“Saya hanya berharap ada perhatian dari pemerintah. Apalagi ini satu-satunya pekerjaan saya untuk menghidupi keluarga,” tutupnya. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved