Human Interest Story
Kisah Rian Hippy di Gorontalo, Bertahan Jual Es Durian di Tengah Musim Pancaroba Demi Anak-anak
Cuaca yang tidak menentu akan berpengaruh besar pada pendapatan Rian, bahkan dia tak bisa mendapatkan penghasilan.
Penulis: Faisal Husuna | Editor: Prailla Libriana Karauwan
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Saat itu, matahari sedang memancarkan cahayanya dengan terik di Provinsi Gorontalo.
Di bawah terik matahari itu, ada seorang tukang penjual es durian yang sibuk dengan dagangannya.
Dia adalah Rian Hippy (59), seorang penjual es durian di Kawasan Menara Pakaya, Jalan baso Bobihoe, Kelurahan Kayubulan, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Walaupun hampir memasuki usia ke-60 tahun, Rian masih tetap semangat menjajakan es durian itu kepada masyarakat di Kabupaten Gorontalo.
Baca juga: Sosok Aktor Sandy Permana, Pemeran Arya Soma Serial Mak Lampir Ditemukan Tewas Ditusuk
Rian mengatakan, dia menjadi penjual es durian sewaktu masih berada di Manado, Sulawesi Utara selama hampir 13 tahun lamanya.
Kemudian, dia menjajal kembali usahanya di Gorontalo tepatnya di Kawasan Menara Pakaya Limboto sejak tahun 2016.
Artinya, Rian telah menapaki pekerjaan ini sudah hampir 20 tahun.
Dibandingkan Manado, Gorontalo kata Rian lebih banyak penyuka buah durian.
"Di sini banyak juga yang suka durian," kata ia tersenyum.
Baca juga: Meski Berusia Renta, Jafar Mahmud Tetap Jualan Sagu di Gorontalo Utara Demi Nafkahi Keluarga
Sehingga dia tidak ingin melewatkan kesempatan, Rian akhirnya membuka usaha es durian di Kabupaten Gorontalo.
Es durian yang dijualnya dipatok dengan harga Rp 12 ribu per porsi.
Namun, jika pembeli ingin membawa pulang, maka akan ada tambahan biaya Rp 3 ribu.
Dari harga ini, Rian bisa meraup omzet Rp 600 ribu jika cuaca sedang terik
Namun, apabila musim hujan tiba, Rian akan memilih berdiam diri di rumahnya dan tak berjualan.
Pendapatan Rian sebagai penjual es tergantung cuaca.
Baca juga: Kisah Kashmir Samsudin, Seorang Pria Asal Buol Datang ke Gorontalo Demi Jadi Guru
Cuaca yang tidak menentu akan berpengaruh besar pada pendapatan Rian, bahkan dia tak bisa mendapatkan apa-apa.
"Kalau lagi musim hujan, saya biasa tidak bisa dapat penghasilan. Apalagi kalau hujan bisa lama, saya tidak akan jualan sama sekali," ungkapnya.
Cuaca merupakan tantangan tersendiri bagi Rian, menurutnya berjualan es harus bisa menerima resiko jika cuaca sedang tidak menentu.
"Harus sabar, itu adalah bagian dari risiko yang harus diterima," tambahnya.
Seluruh penghasilan digunakan Rian untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, bapak empat orang anak ini juga menyisihkan sedikit uangnya untuk membiayai pendidikan anaknya.
"Ada satu yang sementara kuliah, tiga orang alhamdulillah sudah lulus," katanya dengan bangga.
Baca juga: Sosok Omin Bakio yang Tewas jadi Tukang Sensor di Hutan Pohuwato Gorontalo
Anak-anak adalah motivasi Rian untuk terus bertahan dalam usaha ini, meski menghadapi tantangan cuaca silih berganti.
Rian akan berangkat pagi-pagi, membuka lapaknya dan lalu menutupnya sore hari pada pukul 17.30 WITA.
Dan saat ini ia telah membuka satu cabang dijaga oleh anak-anaknya di kawasan Telaga.
"Alhamdulilah saat ini, ada satu gerobak juga di Telaga, dijaga anak-anak," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.