Human Interest Story

Kelvin Hasan Menghidupi Adik-adiknya dengan Upah jadi Pencukur Rambut di Gorontalo

Ditemui oleh TribunGorontalo.com pada Sabtu (11/1/2025), Kelvin menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan.

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Jefri Potabuga, TribunGorontalo.com
Kelvin Hasan (22) tukang cukur di di Jala Kalimantan, Kota Gorontalo, Sabtu (11/1/2025). 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Ada kisah inspiratif dari seorang pemuda bernama Kelvin Hasan (22), tukang cukur di Barber Shop Rock N Roll yang terletak di Jalan Kalimantan, Kota Gorontalo.

Kelvin bukan hanya sekadar bekerja untuk dirinya sendiri. Ia menjadi tulang punggung keluarga, menghidupi adik-adiknya yang masih kecil dengan penuh ketekunan dan pengorbanan.

Ditemui oleh TribunGorontalo.com pada Sabtu (11/1/2025), Kelvin menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan.

Lahir di Desa Kopi, Kecamatan Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango, Kelvin sudah terjun ke dunia barber sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Saya mulai menggunting rambut sejak SMP kelas satu di Barber Shop Rock N Roll ini," ungkap Kelvin dengan bangga.

Setiap pulang sekolah, Kelvin langsung menuju barber shop untuk mencari pundi-pundi rupiah.

Sementara orang tua dan adik-adiknya bekerja di Bitung, Sulawesi Utara, Kelvin sering pergi ke sana saat libur sekolah. 

Meskipun berada jauh dari keluarga, ia tetap bekerja di barber shop Bitung, memastikan bahwa dirinya tak bergantung pada orang lain.

Namun, peristiwa tak terduga terjadi saat Kelvin akan naik ke kelas XII SMK.

Kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah, sebuah kejadian yang memukul hati Kelvin dan membuatnya stres. 

"Jika saya terus memikirkan adik-adik saya, mungkin saya sudah pergi jauh," ujarnya dengan suara terbata.

Kelvin yang kala itu hanya memiliki sisa pakaian di badan, memutuskan untuk pergi ke Manado, Sulawesi Utara, untuk mencari ketenangan.

Di sana, dengan keahliannya menggunting rambut, ia mengunjungi berbagai barber untuk mencari pekerjaan agar bisa makan.

"Saya pernah datang ke beberapa barber untuk bekerja agar bisa makan," cerita Kelvin.

Dalam kondisi serba kekurangan, Kelvin pernah meminta makanan di rumah makan dengan imbalan mencuci piring.

"Untung pemilik rumah makan baik, jadi saya diajak makan tanpa harus membayar," kenangnya dengan rasa syukur.

Selama seminggu di Manado, kelaparan dan kesulitan hidup membawa Kelvin bertemu dengan pamannya, yang kemudian membawanya kembali ke Bitung untuk mengambil barang-barang dan pulang ke Gorontalo.

Setelah kembali, ia mendapati kenyataan pahit, motor yang dimilikinya telah dijual oleh ibunya. Meski begitu, Kelvin tak menyerah. Ia memutuskan untuk bekerja keras demi adik-adiknya.

Kelvin kemudian membawa kedua adiknya yang masih bersekolah di SD dan TK ke Gorontalo.

Meskipun saat itu ia harus berhenti sekolah dan menanggalkan cita-cita pendidikan, ia merasa bahwa tanggung jawab terhadap adik-adiknya lebih penting.

"Uang yang saya dapat di barber saya bagi dengan kebutuhan saya dan adik-adik saya," ujar Kelvin.

Kini, adik ketiga Kelvin yang seorang perempuan telah kembali bersama ibunya, sementara adik keduanya yang masih sekolah di SMAN 1 Tapa tetap tinggal di Desa Kopi.

Setelah bertahun-tahun berjuang, Kelvin kini sudah bisa membeli motor sendiri dan menyewa indekos di Kota Gorontalo.

Di Barber Shop tempat ia bekerja, yang buka setiap hari dari pukul 09.00 Wita hingga 20.00 Wita, Kelvin tidak pernah lelah mencari nafkah.

Ia meraup cuan hingga Rp120 ribu per hari di saat ramai, meskipun terkadang hanya mendapat Rp100 ribu saat sepi. Setiap potongan rambut yang dilakukan dipatok Rp20 ribu per kepala.

Kelvin tidak pernah menyerah meskipun hidupnya penuh tantangan. Baginya, setiap peristiwa adalah pembelajaran hidup yang membuatnya semakin kuat dan dewasa.

"Apapun itu, hidup ini perlu disyukuri sebab saya yakin ada hikmahnya," tandasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved