Berita Gorontalo
Tak Ada Obat, Dinas Peternakan Kabupaten Gorontalo Kewalahan Tangani Penyakit Mulut dan Kuku Sapi
Namun, saat ini pengobatan harus dilakukan dalam jumlah terbatas karena dinas juga harus berbagi dengan desa-desa lain yang membutuhkan.
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Dinas Peternakan Kabupaten Gorontalo menghadapi kendala besar dalam menangani wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang semakin meluas pada sapi.
Stok obat-obatan yang tersedia di dinas ini sangat terbatas, bahkan hanya merupakan sisa dari persediaan tahun 2022.
Keterbatasan stok membuat pengobatan hanya dapat dilakukan dalam skala kecil, terutama untuk peternakan kecil.
Hal ini disampaikan Asriena Dunggio, Medik Veteriner Ahli Muda, saat ditemui Tribun Gorontalo, Kamis (2/1/2024).
"Ini kan terjadi di akhir tahun, dan obat-obatan yang kami butuhkan untuk penanganan memang sangat terbatas," ujarnya.
Dengan tingginya angka kasus PMK, Dinas Peternakan mengaku kewalahan.
Apalagi masalah ini terjadi di penghujung tahun, ketika pemerintah tidak memiliki persiapan anggaran dan stok obat-obatan yang memadai.
Permintaan Bantuan ke Pemerintah Pusat
Asriena mengungkapkan, pihaknya telah meminta bantuan pemerintah pusat untuk mengirimkan stok obat tambahan.
Namun, saat ini pengobatan harus dilakukan dalam jumlah terbatas karena dinas juga harus berbagi dengan desa-desa lain yang membutuhkan.
"Kami hanya bisa menangani dalam jumlah kecil. Kasihan desa-desa lain juga membutuhkan, jadi tolong dimaklumi soal ini," jelasnya.
Ia pun menyarankan agar warga yang sapinya sudah terjangkit PMK segera menghubungi mantri hewan.
Menurutnya, stok obat yang dimiliki oleh mantri hewan lebih banyak karena mereka membeli secara mandiri.
"Silakan menghubungi mantri hewan di Kabupaten Gorontalo. Saat ini, mantri cukup banyak dan bisa membantu," tambahnya.
Asriena juga menyayangkan sikap sebagian warga yang enggan melakukan vaksinasi sapi saat program tersebut gencar dilakukan.
Padahal, vaksinasi merupakan langkah preventif yang efektif mencegah wabah PMK.
"Sejak akhir 2022, kami sudah melakukan vaksinasi, tapi banyak warga yang menolak. Ketika sudah terkena wabah seperti sekarang, barulah mereka meminta penanganan. Padahal, vaksinasi harus dilakukan berulang kali agar efektif," ungkapnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.