HUT Provinsi Gorontalo
Nelayan Minta Harga Solar tak Naik di Momen HUT ke-24 Provinsi Gorontalo
Hal itu disuarakan nelayan di momen hari ulang tahun (HUT) ke-24 Provinsi Gorontalo yang jatuh pada 05 Desember 2024 kemarin.
Penulis: Faisal Husuna | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI) Kota Gorontalo berharap harga bahan bakar minya (BBM) tak naik.
Hal itu disuarakan nelayan di momen hari ulang tahun (HUT) ke-24 Provinsi Gorontalo yang jatuh pada 05 Desember 2024 kemarin.
Ahmad Madi, seorang anak buah kapal (ABK) menitipkan harapan kepada para pemimpin di daerah ini, baik di eksekutif maupun di legislatif.
"Sekarang ini harga bahan bakar solar naik lagi" ucapnya.
Ia menuturkan bahwa, harga bahan bakar yang naik akan berpengaruh kepada penghasilan mereka.
Sebab mereka terpaksa mengurangi volume bahan bakar kapal, dan otomatis jarak tempuh kapal mereka pun berkurang dari biasanya.
"Biasanya kita isi 100 liter, namun sekarang hanya 30 liter," ucapnya.
Belum lagi ia bilang bahwa, akhir-akhir ini sedang musim ombak, yang menambah pengaruh pada penghasilan mereka.
Ia mengatakan, bahwa baru-baru ini mereka hanya mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 100 kilo.
Padahal biasanya hasil tangkapan mereka bisa sampai 3-4 ton, selama dua hari berlayar.
"Sekarang ini kita dapat 100 kilo, sebelumnya bisa sampai 3-4 ton, dalam waktu dua hari kita di laut," ujarnya
Ahmad dan beberapa ABK lain, berharap musim ombak segera usai, dan harga bahan bakar solar bisa segera stabil kembali.
"Semoga saja semua bisa cepat normal. Supaya kita bisa dapat banyak tangkapan lagi," tutupnya.
Harapan Pedagang
Yulius Palit, seorang pedagang gas elpiji asal Kelurahan Talumolo, Kecamatan Dumbo Raya, Kota Gorontalo, mengungkapkan bahwa Gorontalo telah menunjukkan banyak kemajuan selama 24 tahun terakhir.
Meski demikian, ia menyoroti pentingnya pemerataan pembangunan di wilayah-wilayah pelosok seperti Pinogu.
“Gorontalo memang sudah banyak berkembang dalam 24 tahun ini, terutama di kota. Tapi, yang perlu diperhatikan juga adalah daerah-daerah di pelosok, seperti Pinogu. Jalan yang lebih baik, sarana dan prasarana yang memadai itu pasti akan sangat membantu masyarakat di sana,” ungkap Yulius kepada TribunGorontalo.com, Kamis (5/12/2024).
Selain infrastruktur, Yulius juga menyoroti harga bahan pokok yang sering kali naik tanpa pemberitahuan yang jelas.
Sebagai pedagang sekaligus konsumen, ia merasakan dampak dari lonjakan harga yang memengaruhi daya beli masyarakat.
“Banyak kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gas yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat itu sering kali harganya naik tanpa pemberitahuan yang jelas, saya rasa itu berat,” tambahnya.
Senada dengan Yulius, Renaldy Pakaya, pedagang ikan yang merantau dari Sulawesi Tengah, juga mengeluhkan kondisi infrastruktur yang belum memadai, khususnya di jalan-jalan daerah pinggiran.
“Jalan-jalan di Gorontalo banyak yang rusak, apalagi di daerah-daerah pinggiran. Ini bukan hanya masalah kenyamanan, tapi juga berdampak pada usaha kami,” ungkapnya dengan nada serius.
Meski demikian, baik Yulius maupun Renaldy mengakui kemajuan yang telah dicapai Gorontalo dalam berbagai sektor, seperti ekonomi, infrastruktur, dan pariwisata.
Yulius menyoroti perbaikan jalan di beberapa wilayah seperti Bone Bolango dan Kota Gorontalo yang kini lebih lebar dan mulus.
Sementara Renaldy memuji sektor pariwisata Gorontalo yang mulai terkenal di kalangan wisatawan mancanegara berkat daya tarik hiu paus.
“Di Bone Bolango itu jalan-jalan sudah mulus dan lebar, ditambah dengan ada center point dan tugu jam. Begitu juga dengan jalan di Andalas, sekarang sudah lebar dan mulus. Dulu, jalanan ini cukup sulit dilalui, tapi sekarang sudah jauh lebih baik,” ujar Yulius.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.