Kebakaran Sekolah di Tomohon
2 Sekolah di Tomohon Sulut Diduga Dibakar Remaja Mabuk Miras dan Lem
Setelah penyelidikan intensif, Unit Jatanras Polres Tomohon berhasil mengungkap bahwa kebakaran tersebut bukanlah kecelakaan, melainkan diduga dilakuk
Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Tomohon - Insiden kebakaran yang melanda Sekolah Dasar GMIM 6 dan ruang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Paulus di Kelurahan Kamasi, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, akhirnya menemui titik terang.
Setelah penyelidikan intensif, Unit Jatanras Polres Tomohon berhasil mengungkap bahwa kebakaran tersebut bukanlah kecelakaan, melainkan diduga dilakukan dengan sengaja oleh tiga anak di bawah umur.
Kapolres Tomohon AKBP Lerry Tutu melalui Kasat Reskrim, Iptu Stefi Sumolang, membenarkan penangkapan tiga anak yang diduga kuat menjadi pelaku kebakaran.
"Identitas mereka tidak dapat kami ungkapkan mengingat mereka masih di bawah umur, sesuai aturan hukum yang berlaku. Namun, ketiganya sudah mengakui perbuatannya," ujar Sumolang, Kamis (31/10/2024).
Sumolang menambahkan, ketiga anak tersebut diduga melakukan aksinya dalam keadaan di bawah pengaruh minuman keras dan lem ehabond.
Satu dari ketiganya diketahui adalah penyandang disabilitas tuna rungu.
Mengingat status mereka sebagai anak di bawah umur, proses pemeriksaan dilakukan dengan melibatkan unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tomohon untuk memastikan pendekatan yang sesuai dengan usia dan kondisi khusus mereka.
Kronologi Terbongkarnya Kebakaran
Insiden kebakaran ini pertama kali diketahui pada Minggu pagi, 27 Oktober 2024, sekitar pukul 08.00 WITA. Seorang saksi melihat foto pintu ruang guru SLB Paulus yang hangus terbakar di grup WhatsApp sekolah.
Merasa khawatir, saksi segera mendatangi lokasi dan menemukan kerusakan signifikan pada pintu akibat kebakaran.
Peristiwa kebakaran ini membawa ingatan pada insiden serupa di SLB Paulus pada Februari lalu, di mana ruang keterampilan hampir terbakar sebelum akhirnya berhasil dipadamkan.
Dalam kebakaran kali ini, berbagai fasilitas sekolah mengalami kerusakan serius, termasuk meja, tiga unit mesin jahit, plafon, dan kaca jendela.
Saat ini, ketiga anak tersebut masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Tomohon.
"Kami sudah menyerahkan mereka kepada Piket Reskrim untuk proses lebih lanjut," kata Sumolang.
Kepolisian mengimbau kepada para orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan anak-anak mereka, terutama dalam mencegah terjadinya kasus-kasus serupa di masa mendatang.
Menurut pihak berwenang, anak-anak sangat rentan terlibat dalam lingkungan yang tidak sehat, termasuk paparan alkohol dan zat berbahaya seperti lem ehabond, yang dapat berakibat fatal bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar.
Kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat akan pentingnya pengawasan dan edukasi tentang bahaya pengaruh lingkungan negatif pada anak-anak. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.