Human Interest Story
Cerita Hamka Hamzah Penjual Bakso di Gorontalo, Dagangan Laris hingga Omzet Rp2 Juta Sehari
Hamka Hamzah (31) sudah dua tahun berjualan bakso. Bulan ramadan menjadi bulan berkah bagi Hamka.
Penulis: Redaksi | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Hamka Hamzah (31) sudah dua tahun berjualan bakso.
Bulan ramadan menjadi bulan berkah bagi Hamka.
Jualannya laris terutama malam hari.
Para pembeli didominasi kaum remaja.
Tak tanggung, Hamka meraup omzet Rp2 juta dalam sehari.
"Kalau banyak bisa sampai Rp2 juta, kalau sedikit hanya sekitar Rp 1 juta," ungkap Hamka.
Hamka menjual bakso urat, bakso biasa, dan bakso tahu.
Harga bakso biasa dan tahu hanya seribu rupiah. Sementara bakso urat Rp3 ribu.
Pria dua anak ini mempekerjakan dua karyawan untuk menjaga lapaknya.
"Karyawan satu berada di kampus 1 UNG dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Karyawan satunya lagi berada di Indomaret Jl Arif Rahman Hakim dari jam 5 sore sampai jam 12 malam," ungkapnya.
Hamka mengaku senang dan bersyukur jika ada pelanggan mendokumentasikan dagangannya dan diunggah ke sosial media mereka.
"Dengan begitu saya bisa menjangkau pelanggan yang lebih luas, sehingga bisa menambah penghasilan," tuturnya.
Baca juga: Cerita Windarti Harun, Penjual Minuman Soda Pertama di Kota Gorontalo pada Bulan Ramadan
Pedagang Es Dawet di Gorontalo Ketiban Rezeki
Nasib serupa dialami penjual es dawet di Kota Gorontalo.
Yusuf Alima (46), warga Desa Tinelo, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo itu ketiban rezeki di bulan ramadan.
Pedagang es dawet di depan gedung Gorontalo Convention Center (GCC) ini meraup keuntungan sampai sejuta lebih setiap harinya.
"Itu di ember kalau habis, totalnya Rp1 juta lebih sedikit," ujar Yusuf kepada TribunGorontalo.com, Kamis (4/4/2024).
Bermodalkan sepeda motor tua, Yusuf berjualan mulai pukul 14.00 Wita.
Tak tanggung-tanggung, setiap kali berjualan ia selalu membawa satu ember besar ukuran 40 liter yang berisi cendol.
"Setiap harinya pasti habis, bahkan seringkali terjadi antrian panjang ketika menjelang magrib, sampai-sampai ada yang tidak kebagian" ungkapnya.
Selain rasanya yang enak, Yusuf menuturkan jika ia menjual es dawetnya mulai dari harga Rp 5000-7000.
Meski terjadi penurunan omzet dari tahun sebelumnya, Yusuf menyebut penyebab utamanya.
"Saat ini sudah lebih banyak lagi yang jualan, bahkan dengan minuman yang lebih kekinian," ungkapnya.
Namun Yusuf sudah memiliki pelanggan tetap, yang setiap sore jelang berbuka puasa, pasti datang menyambangi dagangannya.
"Meski saat ini sudah banyak yang baru, soal rasa leher tidak bisa bohong," pungkasnya. (Magang/atika)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.