Lampu Botol Laris Manis Jelang Tumbilotohe Gorontalo, Tradisi Menyambut Lailatul Qadar

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Semarak Ramadan di Gorontalo tak hanya diwarnai dengan ibadah dan kuliner khas, tapi juga tradisi unik Tumbilotohe.

Tradisi memasang lampu ini menjadi simbol menyambut Lailatul Qadar, malam penuh kemuliaan di 10 hari terakhir Ramadan.

Di Jalan Samratulangi, Kota Gorontalo, geliat persiapan Tumbilotohe mulai terasa. Lia Dama, perajin lampu botol, merasakan peningkatan permintaan jelang tradisi ini.

Baca juga: Menyicip Lopes Legend Gorontalo, Hanya Ada saat Bulan Ramadan

"Setiap hari, saya siapkan lebih dari 300 lampu botol," ungkap Lia, yang meneruskan usaha lampu botol milik ayahnya yang telah berjalan selama 15 tahun.

Botol-botol bekas dirakit menjadi lampu unik, dijual dengan harga Rp 1.000 per botol.

Minyak tanah, bahan bakar lampu, juga laris manis dengan harga Rp 35.000 per liter.

Tradisi Tumbilotohe tak hanya mencerahkan malam, tapi juga menghidupkan roda ekonomi masyarakat.

Baca juga: Penjual Lampu Botol di Kota Gorontalo Mulai Bermunculan Jelang Perayaan Tumbilotohe

Kesibukan Lia dan para perajin lampu botol menjadi bukti bahwa tradisi tak hanya lestari, tapi juga membawa berkah Ramadan.

Tumbilotohe: Simbol Cahaya dan Kebersamaan

Tumbilotohe berasal dari kata "tumbilo" (pasang) dan "tohe" (lampu). Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam seminggu jelang lebaran.

Masyarakat memasang lampu di depan rumah, masjid, dan tempat umum lainnya.

Tradisi ini tak hanya memiliki makna religius, tapi juga simbol kebersamaan dan semangat gotong royong.

Diiringi lantunan takbir dan shalawat, Tumbilotohe menjadi momen istimewa bagi masyarakat Gorontalo untuk menyambut Lailatul Qadar. (Magang/Shaf)