Human Interest Story

Cerita Penjual Kue Kering di Kota Gorontalo Jelang Lebaran Idulfitri

Anton Baruadi, penjual kue kering di Pasar Sentral Kota Gorontalo menjelaskan pembeli masih belum banyak.

|
Penulis: Andika Machmud | Editor: Ponge Aldi
TRIBUNGORONTALO/ANDIKAMACHMUD
Anton Baruadi, penjual kue kering di Pasar Sentral Kota Gorontalo 

TRIRBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Menjelang Idulfitri, penjualan kue kering di Kota Gorontalo akan mengalami peningkatan.

Anton Baruadi, penjual kue kering di Pasar Sentral Kota Gorontalo menjelaskan pembeli masih belum banyak.

"Pembelian masih kurang sampai hari ini," ungkapnya kepada TribunGorontalo.com, Selasa (26/03/2024).

Pria berusia 20 tahun tersebut menjelaskan  beberapa kue kering yang dijual adalah milik dari orang lain.

Anton merasa jika pembelian kue kering di tahun 2023 terhitung banyak.

"Kemarin itu kue kering yang laku itu bisa sampai 50 toples kue," jelasnya.

Untuk harga, Anton mematok dari Rp 125 ribu hingga Rp 175 ribu.

Jenis-jenis kue kering yang dijualnya pun bermacam-macam.

Ada kue rambutan, kue kerawang, kue spikel, hingga kacang-kacangan.

"Kue rambutan itu sekitar Rp 175 ribu per toples, kalau kacang-kacangan itu hanya Rp 75 ribu per bungkus," ungkapnya.

Dari pengalaman Anton, memasuki malam Tumbilotohe atau pasang lampu pembeli akan meningkat.

Sekedar informasi bahwa malam pasang lampu adalah tradisi di Gorontalo, yaitu pada malam hari masyarakat akan menggelar pemasangan lampu botol di setiap jalan.

Anton berharap penjualannya bisa meningkat sebelum lebaran.

Masyarakat diharapkan bisa mengerti dengan harga yang telah ditetapkan oleh Anton.

Selain itu, Adelin Mopangga, penjual kue kering justru mengaku pesanan kuenya melonjak drastis.

Saat ini, Adelin mengungkap jika dirinya sedang membuat 30 toples kue.

"Saat ini ada 30 orang yang memesan, karena sudah banyak makanya sekarang sudah tidak menerima lagi," jelasnya.

Kue yang sering dipesan oleh pelanggannya adalah jenis Nastar Daun.

Sampai hari ini, lanjut Adelin, masih banyak pelanggan yang ingin memesan kue.

Namun karena keterbatasan tenaga dan waktu, Adelin mengaku terpaksa menolak pesanan kue tersebut.

Adelin berharap jika pelanggannya bisa mengerti dengan penolakan tersebut.

"Karena membuat kue ini kan tidak ada karyawan yang bantu semua pakai tangan sendiri, jadi takutnya kalau semua diterima, takutnya mengecewakan kalau tidak tepat waktu," tandasnya. 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved