Human Interest Story

Mengenal Sigit Ibrahim, Pemuda Gorontalo Perintis Program Rumah Inovasi Difabel

Pria berusia 28 tahun menjelaskan jika setiap manusia harus memiliki value atau nil

|
Penulis: Andika Machmud | Editor: Fadri Kidjab
Kolase pribadi
Sigit Ibrahim, remaja Gorontalo yang kini telah bekerja di perusahaan di DKI Jakarta. 

Selain itu, program ini juga membantu untuk pengecekan kesehatan dari difabel yang berada di Desa Pilohayanga.

Dampaknya, difabel yang berada di Pilohayanga tidak takut lagi bergaul dengan masyarakat sekitar.

Sehingga output dari program tersebut berhasil dengan melatih kemampuan keterampilan difabel agar mereka juga dapat bersosialisasi dengan baik.

Merantau ke Jakarta

Dengan berbagai kemampuan dari hasil pendidikan dan pelatihannya, Sigit diajak seseorang untuk bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta.

Namun, pada saat itu ia menolak karena keluarganya tidak memberi ijin untuk merantau lebih jauh.

Kesempatan kedua datang. Ia kembali diajak oleh kenalannya ke Jakarta. Namun kali ini ia memberanikan diri merantau lebih jauh.

Bekerja sebagai officer tata kelola di salah satu perusahaan, Sigit harus berkoordinasi dan memastikan jika perusahaan beroperasi sesuai peraturan perundangan.

"Pekerjaan ini membutuhkan dari basic hingga advance soal perkara hukum," ungkapnya.

Saat awal di di Jakarta, Sigit masih tidak terbiasa. Namun berkat pengalamannya merantau di Kota Gorontalo, ia dapat menanggulangi masalah di ibukota.

"Saat pertama juga, ada teman yang membantu adaptasi sekitar seminggu," katanya.

Meski begitu dengan kondisinya, ia merasa Jakarta sudah cukup bagus dari segi fasilitasnya. Ia menuturkan, fasilitas tersebut mempermudah dirinya untuk beraktivitas.

Dirinya berjanji akan terus mengembangkan diri. Lebih lanjut, ia ingin merubah paradigma bahwa difabel hanya bisa bekerja di tempat yang "dikhususkan" juga.

"Kalau orang tidak berusaha, ya tidak akan terjadi apa-apa," celotehnya.

Walaupun ia pernah mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan semasa hidupnya, Sigit tidak tersinggung dan tetap sabar.

Saat ini Sigit menjelaskan nyaman dengan pekerjaan yang sedang dijalani.

Namun ia tetap ingin berusaha lebih baik lagi untuk pekerjaannya.

"Kita harus punya value atau nilai lebih. Jika kita memiliki itu, maka orang lain akan tertarik dengan skill kita. Oleh karena itu, wajib untuk memantaskan diri dulu," tutupnya.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved