Human Interest Story
Cerita Hairun Sau, Penjual Batu Akik Gorontalo Sukses Wujudkan Impian Anaknya jadi Perawat dan Bidan
Hairun Sau, penjual batu akik asal Gorontalo sukses membiayai sekolah kesehatan kedua anaknya hingga menjadi perawat dan bidan.
Penulis: Prailla Libriana Karauwan | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Hairun Sau, penjual batu akik asal Gorontalo sukses membiayai pendidikan kedua anaknya hingga menjadi perawat dan bidan.
Hairun merupakan warga Ternate. Dia pindah ke Gorontalo pada 1992. Kini sudah 32 tahun dirinya menetap di Provinsi Gorontalo.
Awalnya Hairun merupakan pelayan restoran. Setelah menikah, Hairun membuka usaha rumah makan.
"Awalnya saya cuma pegawai restoran. Lalu ketemu dengan istri saya. Tahun 1995 saya nikah dan langsung membuka usaha sendiri," tutur Hairun kepada TribunGorontalo.com, Rabu (24/1/2024).
Pertama kali jual batu akik
Hairun mengungkapkan tidak mengetahui batu akik lagi tren di Indonesia.
Sebelum pulang ke Gorontalo di tahun 2000-an, ia diberitahu oleh saudaranya tentang kepopuleran baku akik.
"Katanya, siapa tahu bisa dikembangkan di Gorontalo," kenang Hairun.
Kala itu Hairun sama sekali tidak tahu cara mengukir batu hingga menjadi buah liontin maupun mata cincin.
"Saudara saya bilang coba belajar nanti dia yang ajarkan," ungkapnya.
Singkat cerita Hairun pun belajar seluk beluk batu akik hingga cara pengolahannya.
Pada 2015, Hairun membuka lapak usaha batu akik pertama kali di rumahnya.
Awal berjualan, banyak masyarakat Gorontalo menganggap penjual batu akik itu adalah dukun.
"Banyak kala itu saya dicemooh orang, katanya dukun karena jual batu akik," ujarnya.
Seiring waktu, nama batu akik mulai tren di Gorontalo.
Warga pencinta batu akik pun berbondong-bondong memesan batu akik pada Hairun.
Usaha batu akik di depan BNI kompleks pertokoan Murni itu langsung laris manis.
"Karena pada saat itu baru saya yang jual. Itu saya sampai masuk koran, besoknya sudah banyak orang yang datang ke rumah," tuturnya.
Berkat jualan batu akik tersebut, Hairun mampu membiayai sekolah kedua putrinya sampai perguruan tinggi.
"Alhamdulillah yang pertama sudah jadi bidan dengan PNS. Lalu yang kedua perawat, yang sedikit lagi selesai (kuliahnya)," lanjutnya.
Namun, popularitas toko Hairun berangsur pudar seiring hilangnya minat masyarakat terhadap batu akik.
Baca juga: Sosok Tahta Mardhotillah Kasim, Siswi Gorontalo Peraih Medali Emas Biologi hingga Penulis Buku
Usaha Hairun ngetop selama dua tahun saja.
Menurut Hairun, ada dua kemungkinan penyebab batu akik tidak lagi populer, yakni anggaran dan kualitas.
Hairun mengatakan, rata-rata pembeli batu akik adalah para pejabat pemerintahan. Harga mahal batu akik perlahan membuat para pembeli makin berkurang.
"Faktor pertama karena anggaran gaji mereka yang mungkin dipotong oleh pusat. Sedangkan batu akik harganya ratusan hingga jutaan ribu," katanya.
Faktor kedua, popularitas batu hilang karena para pembeli sering terkecoh harga. Mereka membeli batu akik kualitas rendah tapi harganya terlampau mahal.
"Kadang masyarakat kecolongan. Katanya batu akik ini akan awet hingga bertahun-tahun. Tapi baru setahun dua tahun sudah rusak. Jadi masyarakat kecewa. Manalagi kalau harganya yang jutaan dibeli," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.