Hari Patriotik Gorontalo

Nani Wartabone Memiliki 9 Anak dan Ratusan Cucu serta Cicit, Berikut Nama-namanya

Nani Wartabone lahir pada 30 April 1907. Ia meninggal di usia 79 tahun atau pada 3 Januari 1986. 

TribunGorontalo.com/AprisNawu
Foto-foto anak Nani Wartabone Pahlawan Nasional. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Nani Wartabone meninggalkan banyak kisah inspiratif untuk warga Gorontalo. 

Perjuangannya yang begitu besar terhadap Indonesia, telah menempatkan dirinya sebagai pahlawan nasional. 

Nani Wartabone lahir pada 30 April 1907. Ia meninggal di usia 79 tahun atau pada 3 Januari 1986. 

Pejuang yang suka bertani itu menikah dengan Aisyah Tangahu dan memiliki 9 anak, yakni Sarina Wartabone, Hanum Wartabone, Aroman Wartabone, Rasuna Wartabone, Pauji Wartabone, Noni Wartabone, Dolly Wartabone, Yos Wartabone, Jalaludin Wartabone.

"Jadi 9 orang itu adalah anak dari Opa kami Nani Wartabone," ungkap  Arisman Wartabone cucu Nani Wartabone yang biasa disapa Ais, Senin (23/1/2023). 

Baca juga: Hari Patriotik Gorontalo Jadi Momen Pemuda Meniru Sikap Pantang Menyerah Nani Wartabone

Menurutnya, sembilan anak Nani Wartabone tersebar di beberapa daerah seperti  Makasar Sulawesi Selatan, Suwawa Bone Bolango, dan Kota Gorontalo.

"Tapi mereka semua sudah meninggal dunia, sekarang tinggal cucu dan cicitnya," ucap Ais.

Dari 9 anak itu, Nani Wartabone memiliki puluhan cucu dan cicit. Jika dihitung jumlahnya mencapai ratusan. 

Meski tidak semua, tapi puluhan cucu dan cicit itu hadir di kediaman Nani Wartabone yang kini jadi museum. 

23/1/2023_cucu dan cicit nani wartabone
Anak dan cicit Nani Wartabone. Mereka hadir menabur bunga di makam.

"Kami keluarga besar Nani Wartabone datang melihat langsung acara peringatan hari patriotik sekaligus menabur bunga di makan kakek kami," kata Arisman.

Kebetulan, makam Nani Wartabone juga ada di samping rumah tersebut. 

Mereka sekaligus melakukan ziarah dan mengenang dan memberi penghormatan kepada kakeknya tersebut. 

Kepada Tribungorontalo.com, Arisman Wartabone menjelaskan secara detail jumlah  cucu dan cicit pahlawan Nani Wartabone.

Baca juga: Janji Hamka di Hari Patriotik Gorontalo, Kucurkan Dana Rp 244 Juta untuk Rehab Rumah Nani Wartabone

"Jumlah cucu hampir 100 orang dan cicit di atas 100, banyak dia," ungkap Arisman biasa di sapa Ais, Senin (23/1/2023).

Seperti diketahui, setiap tahunnya sejak 1942 diperingati sebagai hari patriotik Gorontalo. Peringatan ini sebagai refleksi sejarah perjuangan Gorontalo mengusir penjajah Belanda. 

Tokoh utama dalam pengusiran kolonial di bumi Gorontalo tersebut adalah Nani Wartabone

Ia bersama Kusno Danupoyo membacakan teks kemerdekaan atau proklamasi di lapangan yang kini bernama Taruna Remaja. 

Kemerdekaan Gorontalo ini menarik karena tiga tahun lebih dulu dari kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Teks proklamasi dengan lantas dibacakan Nani Wartabone di depan rakyat Gorontalo tepat pukul 10.00 Wita. 

Jika dirunut, Hari Patriotik Gorontalo adalah puncak perjuangan masyarakat untuk lepas dari penjajahan Belanda. 

Gerakan Nani Wartabone dan sejumlah pejuang lainnya dipantik oleh kemarahan terhadap rencana Belanda. Bangsa yang sudah menjajah Indonesia berpuluh-puluh tahun itu berencana membumihanguskan Gorontalo. 

Belanda yang sudah mencium kekalahan berencana menghilangkan aset-aset hasil jajahannya di Gorontalo. 

Beruntung, sebelum rencana itu dilancarkan, Saripa Rahman Hala, seorang penyidik di Pemerintahan Belanda membocorkan informasi kepada para pejuang Gorontalo. 

Dari Saripa, informasi diketahui Kaharu dan Ahmad Hippy, lalu sampai ke telinga Kusno Danupoyo, hingga akhirnya terdengar juga oleh Nani Wartabone.

Sebagai masyarakat Gorontalo yang sudah lama menyaksikan kekejaman Belanda ini, lantas bergerak untuk berjuang. Ia mengumpulkan rekan-rekannya dan menyusun strategi mengakhiri kekuasaan Belanda di Gorontalo. 

Basri Amin dalam tulisannya menyebut, bahwa Nani Wartabone membentuk kumpulan tokoh pejuang bernama “Komite 12”. Pertemuan itu dilakukan di sebuah kediaman Kusno Danupoyo di Ipilo yang posisinya berada persis di depan Gedung Nasional saat ini. 

Komite 12 dibentuk sebagai gerakan solid melawan kondisi Gorontalo saat itu. 

Baca juga: Hari Patriotik Gorontalo dan Perjuangan Nani Wartabone Mengusir Belanda

“Ketika itu, situasi kota Gorontalo di malam hari mencekam. Karena Pemerintah Hindia Belanda sudah membentuk Vernielings Corps (VC), yaitu bagian kepolisian yang akan membumi hanguskan kota Gorontalo,” tulis Basri Amin dikutip Senin (23/1/2023).  

Saat itu menurut Basri, pasukan Belanda panik akan kedatangan Jepang yang sudah menguasai sejumlah titik di Sulawesi. 

Saat itu pada Desember 1941, Perang Asia Timur Raya (Daitoa Senso) yang dikobarkan Jepang dengan secara tiba–tiba menyerang Pearl Harbour di Kepulauan Hawai.

Dampaknya hingga menghancurkan pasukan dan kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Tak lama setelah itu, menyerang kilang minyak di Balikpapan pada 6 Januari 1942.

Inilah yang membuat Belanda ketar-ketir hingga ingin meratakan aset-aset yang mereka kuasai di Gorontalo. Harapannya, tidak dikuasai Jepang untuk melawan Belanda. 

VC ini memang sudah sempat melancarkan aksinya. Berhasil menghanguskan satu gudang kopra di Pantai Leato atau saat ini masuk dalam Kampung Tenda. 

Lalu juga telah membakar satu kapal motor “Kololio” milik pengusaha Lasahido di pelabuhan Kwandang, Gorontalo Utara. 

Nani Wartabone pun lantas menyusun langkah strategis. Ia menjalin hubungan rahasia dengan Pendang Kalengkongan, Kepala Kantor Telegraf di Kantor PTT (Post, Telefoon en Telegraaf) Gorontalo.

Kantor PPT ini dulunya sebagai obyek vital, dijaga anggota Polisi dari suku Gorontalo dan Minahasa. 

Basri Amin menyebut, memiliki hubungan rahasia antara Pendang Kalengkongan. Hubungan keduanya bahkan sudah terjalin sebelum Komite 12 terbentuk. 

Pendang kerap membocorkan informasi yang ia terima kepada Nani Wartabone

“Dengan itulah semua Pak Nani beroleh “data lapangan” yang valid dalam menyusun gerakan heroiknya bersama kekuatan (rakyat) lainnya pada 23 Januari 1942, yang setiap tahunnya kita kenang,” tulis Basri. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved