Organisasi Wanita Pengusaha di Bone Bolango-Gorontalo Latih 10 Warga Buat Souvenir

Pelatihan ini difokuskan pembuatan souvenir (cenderamata). Pelatihan menurut Wakil Bupati Bone Bolango, Merlan Uloli,

TribunGorontalo.com
Seorang peserta tengah buat kerajinan tangan. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Ikatan  Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Bone Bolango menggelar pelatihan keterampilan terpadu di Kelurahan Tumbihe, Kecamatan Bone Bolango, Rabu (30/11/2022).

Pelatihan ini difokuskan pembuatan souvenir (cenderamata). Pelatihan menurut Wakil Bupati Bone Bolango, Merlan Uloli, untuk menambah pengetahuan dan skill peserta.

Agenda ini diharapkan bisa meningkatkan ekonomi dan pendapatan bagi pengrajin maupun pemasok lokal.

Diketahui, peserta berjumlah sepuluh orang yang telah lama berkecimpung di dunia kerajinan tangan.

Wakil Bupati Bone Bolango, Merlan S Uloli mengatakan, kebijakan Pemda Bone Bolango untuk mengangkat nilai lokal yang sudah mulai sirna.

Pemda Bone Bolango pun ingin memberdayakan pengrajin Amongo.

"Kebiasaan itu mulai hilang seiring orang mudah mendapatkan karpet, baik karpet berbulu bahkan plastik," ucap dia.

Akibatnya para pengrajin tikar (amango) di Bone Bolango telah banyak kehilangan mata pencaharian.

Karena itu, Pemda Bone Bolango mendatangkan dua pelatih atau trainer profesional dari daerah Jogja.

Para trainer ini merupakan pengrajin yang telah banyak mencetak produk dan diekspor hingga ke luar daerah.

Kurang lebih 22 bahan berasal dari Jawa sengaja disediakan guna keperluan pelatihan.

Jokorianto seorang trainer mengaku, bahan-bahan tersebut belum tersedia di Provinsi Gorontalo. Disamping itu, pria berusia 47 tahun ini menuturkan pemda butuh mesin produksi.

"Mesinnya harus benar-benar sesuai spek tertentu," kata Jokorianto kepada TribunGorontalo.com.

Joko menilai alat yang disediakan pihak penyelenggara saat ini masih terlalu standar.

"Untuk pelatihan sih gak apa-apa. Tapi untuk ke tingkat industri yang lebih besar tidak memadai," ucap dia.

Dia mengungkapkan di wilayah Jawa harga per mesin produksi tas mencapai Rp 30 juta.

Bahkan rata-rata UMKM di Jawa sudah memiliki peralatan canggih, sehingga dirinya cukup mengarahkan proses pembuatan produk.

Pria asal Jogja ini memiliki tujuh karyawan bekerja di usaha miliknya.

Setiap harinya, Jokoo menghasilkan berbagai produk seperti tas, dompet, dan lain sebagainya.

Omset pria kelahiran Juni 1974 ini menyentuh Rp 50 juta per bulan.

Konsumen kebanyakan berasal dari Kalimantan, di mana mereka mengirimkan bahan rotan kemudian disulap tim Joko menjadi souvenir.

"Mereka kirim ke tempat saya, dan saya yang eksekusinya," tandasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved