Piala Dunia 2022

Belanda Hadapi Ekuador di Grup A Piala Dunia 2022: Jalan Terjal Menuju Puncak Klasemen

Tatkala Belanda mencapai final di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dunia bola merasa yakin, bahwa inilah saat bagi The Orange.

Editor: Lodie Tombeg
ADRIAN DENNIS/AFP
Pelatih Belanda Louis Van Gaal (kanan) dan bek Virgil van Dijk tiba di Bandara Internasional Hamad di Doha pada 15 November 2022, menjelang turnamen sepak bola Piala Dunia Qatar 2022. 

Oleh Willy Kumurur, penikmat bola

TRIBUNGORONTALO.COM - Tatkala Belanda mencapai final di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dunia bola merasa yakin, bahwa inilah saat bagi The Orange untuk meraih tropi pertama sebagai juara dunia, juara dengan mahkota.

Seluruh dunia terhentak dan terpukau dengan gaya permainan Johan Cruyff, Johan Neskens, Ruud Krool, Jan Jongbloed di Piala Dunia 1974 yang digelar di Jerman Barat.

Di bawah pimpinan pelatih top mereka, Rinus Michels, Belanda tampil trengginas sejak babak awal.

Sebuah filosofi baru sepakbola dunia lahir dari tangan Michels, total football; sebuah sistem dan gaya permainan yang tak hanya menyihir dunia saat itu, namun melegenda sampai saat ini.

Postulat Michels tentang sistem total football yang selalu diinjeksikan ke jantung pasukannya, adalah: “Jangan tebas musuhmu dengan pedang jika kalian bisa menggilasnya dengan tank!!!” Dan setiap lawan yang digilas oleh De Oranje “menikmati kematiannya” dengan indah.

Dengan aksioma itulah, Belanda berangkat ke final menghadapi Jerman Barat yang dilatih oleh Helmut Schoen dengan jenderal lapangannya yang elegan, Franz Beckenbauer.

Kita kemudian tahu, bahwa Jerman Barat-lah yang meraih Piala Dunia 1974, menaklukkan Belanda dan total football.

Namun akibat sistem dan keindahan permainan Belanda, dunia bola mengakui bahwa Belanda-lah juaranya: juara tanpa mahkota.

Tanpa Rinus Michels dan Johan Cruyff, Belanda perkasa memasuki final Piala Dunia 1978 menghadapi tuan rumah Argentina.

Lagi-lagi pasukan oranye takluk. Pencinta keindahan bersedih, sambil bertanya-tanya, “Mestikah keindahan itu kalah dan selalu menjadi pecundang?”

Lama setelah itu Belanda kehilangan tajinya, dan kemudian era keemasannya kembali di tahun 2010, saat Tim Oranye tampil di final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.

Lawannya adalah Spanyol, yang mengadopsi gaya permainan Belanda.

Ketika melatih FC Barcelona, Johan Cruyff memodifikasi sistem total football menjadi tiki-taka, sebuah gaya yang menghentar Barcelona merajai pentas Eropa dan dunia selama bertahun-tahun.

Pelatih Spanyol Vicente del Bosque, yang memasang 7 pemain Barcelona di skuadnya, memainkan Jabulani, bola resmi Piala Dunia 2010 dengan konsep tiki-taka.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved