Rahmat Ambo
Siapa Rahmat Ambo? Duta Paskibraka Gorontalo, Pernah Kerja di Meikarta, dan Calon Bupati Boalemo
Namanya mulai populer, sebab saat di bangku kelas II SMA, dia menjadi duta Paskibraka Nasional di Jakarta, tahun 2003.
Penulis: Thamzil Thahir |
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Tersangka kasus investasi perdagangan berjangka (forex) bodong di Gorontalo, Rahmat Ambo (36), Minggu (28/8/2022), akhirnya dibekuk tim reserse mobile Polda Gorontalo, di sebuah rumah di Pekanbaru, Riau, pesisir tenggara Sumatera.
Senin (29/8/2022) siang tadi, pria kelahiran Marisa, Pohuwato, Gorontalo 1985 ini, langsung digelandang ke sel tahanan Polda Gorontalo.
Pekanbaru adalah alamat kantor perusahaannya PT International Business Finance (IBF), kota mukimnya tiga tahun terakhir, dan kota kelahiran istrinya, Sonny Kurnia Putri.
Siapa Rahmat Ambo?
Bagaimana kiprah bisnisnya hingga bisa menghimpun miliaran dana warga di tanah tumpah darahnya; Pohuwato, Boalemo, dan Gorontalo.
Bisnis mengumpulkan dana warga dengan iming-iming high gain 30 persen-50 persen dari setoran investasi awal, dimulai di awal masa pandemi, atau saat dia mengajak istrinya berbulan madu di kampung.
Dia berpenampilan orang kaya baru. Dia bergaya dan mengaku sebagai “sultan”.
Jadi filantropis, menyantuni anak yatim-piatu, bagi-bagi Quran, bangun jembatan, bangun sekolah penghafal Alquran, hingga menggalang komunitas pemuda, untuk mengincar kursi calon bupati di Boalemo untuk Pilkada 2024 mendatang.
Dari marga Ambo, Rahmat lahir dan menamatkan sekolah menengah pertama di Marisa, Pohuwato.
Dia sempat bersekolah hingga kelas I di SMA 1 Marisa, namun kemudian pindah ke SMA 1 Boalemo, Gorontalo.
Namanya mulai populer, sebab saat di bangku kelas II SMA, dia menjadi duta Paskibraka Nasional di Jakarta, tahun 2003.
Usai menamatkan sekolah di Boalemo, Rahmat berpetualang ke ibu kota negara di Jakarta.
Sambil mencari peluang melanjutkan ke perguruan tinggi,
dan postur dan paras menawan, dia diterima jadi pramusaji di sebuah restoran VVIP di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
“Kalau jujur pasti hidup di kampung orang. Karena pesan orangtua saya, kau tidak usah pintar-pintar. Yang penting jujur,” ucap Rahmat, kepada wartawan outlet media online lokal di Gorontalo, akhir 2021 lalu.
Kisah kejujurannya diuji. Suatu malam, di medio 2000-an, Timotius, seorang petinggi BCA, ketinggalan dompet.
Keesokan harinya, saat si pemilik dompet bertandang kembali ke resto, dompet itu dia kembalikan.
Kisah kejujurannya itu, berbuah karier awalnya menekuni bisnis retail finance.
Dia ditawari jadi sales kartu kredit BCA, bank swasta terbesar di Indonesia.*
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/29082022_Rahmat-ambo.jpg)