Adat & Sejarah Gorontalo

Prosesi Adat Molonthalo di Gorontalo, Begini persiapannya

Namun, tidak semua masyarakat, tahu bagaimana dan apa saja yang perlu disiapkan dalam adat Molonthalo di Gorontalo ini. 

TribunGorontalo.com/free
Prosesi Adat Molonthalo di Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Adat Molonthalo di Gorontalo masih terus dilestarikan oleh masyarakatnya. 

Namun, tidak semua masyarakat, tahu bagaimana dan apa saja yang perlu disiapkan dalam adat Molonthalo di Gorontalo ini. 

Terutama, apa saja atribut dan benda adat dan budaya Molonthalo Gorontalo yang mesti dipersiapkan.

Melalui buku yang ditulis Farha Daulima, TribunGorontalo.com merangkum apa saja yang harus disiapkan dalam prosesi adat Molonthalo

Dalam bukunya berjudul “Tata Cara Adat Gorontalo”, Farha menulis prosesi adat Molonthalo di Gorontalo tidak bisa lepas dari seperangkat bahan yang diletakan dalam baki; Hulante.

Bahan-bahan dalam baki itu di antaranya 3 liter beras, 7 buah pala, 7 buah cengkeh, 7 butir telur, 7 buah lemon suanggi, 7 mata uang bernilai 100 ribu. 

Lalu, harus ada pula tempat bara api; Polutube. Kemudian baskom yang akan diisi dupa dan segelas air masak dalam gelas tertutup. 

Selanjutnya, ada batu gosok yang berfungsi menghaluskan kunyit. Saat dihaluskan, biasanya kunyit ini diberi sedikit kapur sirih dan air. Dalam bahasa Gorontalo kunyit yang dicampur berbagai bahan-bahan ini disebut Alawahu Tilihi

Pada pelaksanaan adat Molonthalo itu, disiapkan pula tujuh "Toyopo" atau wadah yang terbuat dari bahan daun kelapa muda (janur). 

Tujuh wadah yang disiapkan tersebut berisi Nasi Kuning, telur rebus, ayam goreng dan kue-kue khas Gorontalo seperti halnya Wapili dan kolombengi, serta dilengkapi dengan pisang matang berupa pisang gapit atau pisang raja.

Untuk melangsungkan pelaksanaan pra acara adat itu, di atas baki yang telah disiapkan oleh keluarga, juga dilengkapi seperangkat makanan seperti halnya sepiring ayam goreng yang masih utuh, yang di dalam perut ayam itu diisi sebutir telur  rebus.

Disiapkan pula dua buah baskom yang akan digunakan sebagai tempat cuci tangan dan dua buah gelas berisi air masak serta dua sendok makan. 

Pelaksanaan adat itu tidak berakhir pada sajian makanan saja, melainkan sebuah janur (daun kelapa muda) berkepang tiga, dalam bahasa Gorontalo disebut sebagai Janur Tula-tula pidu. janur yang disiapkan itu, harus seukuran perut ibu hamil yang akan melangsungkan adat Molonthalo.

lebih lanjut Farha menyebutkan, tidak sedikit bahan yang perlu disiapkan oleh keluarga dalam melangsungkan adat Molonthalo

Karena keluarga juga perlu menyiapkan Upuk pinang dalam bahasa Gorontalonya (Malo Ngo'alo), sebuah tempurung tidak bermata (Buawu huli), seperangkat tikar putih  (amongo peya-peya), serta beras yang memiliki berbagai macam warna di antaranya beras merah, kuning hijau hitam dan putih. hingga disiapkan pula sebilah keris yang memakai sarungnya.

"Pada acara itu, seorang Ibu meneruskan pertanyaan Hulango atau bidan kampung kepada imam yang membaca doa salawat sembari menanyakan sudah berapa bulan usia perutnya (Ma Ngolo Hula),"tuturnya.

Adat Molonthalo dari Gorontalo sebetulnya dalam dunia modern dikenal USG atau ultrasonografi.

Bedanya dengan USG, adat Molonthalo hanya dilakukan pada usia kandungan tujuh bulan. Juga, biasanya hanya khusus untuk anak pertama dari pasangan suami istri (pasutri) di Gorontalo. 

Dalam logat Gorontalo-Manado, adat Molonthalo ini juga kerap disebut “raba-raba puru”. Secara etimologi, raba-raba adalah menyentuh atau mengusap-usap, dan puru adalah perut.

Dan memang, adat Molonthalo di Gorontalo ini dilakukan oleh seorang Hulango atau bidan tradisional. Dalam prosesinya, ia akan mengusap-usap perut wanita hamil dengan air yang sudah dibacakan doa sebelumnya. 

Secara filosofi, alasan adat Molonthalo di Gorontalo hanya dilakukan pada anak pertama, karena anak pertama biasanya adalah keturunan pertama dan menjadi harapan kedua orang tuanya. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved