Pilpres 2024
Gerindra dan Prabowo Subianto Bidik Suara Jatim: Khofifah Lebih Berpeluang dari Muhaimin
Prabowo-Sandiaga Uno kalah di Jawa Timur, kali ini Prabowo Subianto harus menangkan Pilpres di Jatim. Capres Khofifah lebih berpeluang dulang suara.
TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Belajar dari kekalahan di Pilpres 2019, Prabowo Subianto diprediksikan akan memilih cawapres Khofifah Indar Parawansa ketimbang Muhaimin Iskandar.
Prabowo-Sandiaga Uno kalah di Jawa Timur, kali ini Prabowo Subianto harus menangkan Pilpres di Jatim. Capres Khofifah lebih berpeluang mendulang suara ketimbang Muhaimin.
Para analis politik pun memprediksikan Partai Gerindra akan lebih memilih Prabowo Subianto-Khofifah daripada Prabowo-Muhaimin.
Catatan TribunGorontalo.com, hasil Pilpres 2019 di Jatim, paslon nomor 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul atas paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Dalam perolehan suara di Jatim, paslon 01 mendapat suara sebesar 16.231.668 dengan presentase 65,7 persen.
Sementara paslon 02 mendapat 8.441.247 dengan presentase 34,3 persen. Total suara di Jatim mencapai 25.511.241 pemilih, dengan suara tidak sah sebesar 838.326.
Jokowi-Ma'ruf unggul di 32 kabupaten dan kota di Jatim. Sementara Prabowo-Sandi unggul di 6 daerah.
Perlu diketahui, lebih dari separuh pemilih nasional ada di Jatim, Jateng, DI Yokyakarta, Banten dan Jabar.
Jatim, Jateng dan Jabar menjadi arena nyata pertarungan. Lebih dari 70 juta pemilih di tiga provinsi ini dari total 154 juta pemilih pada Pilpres 2019.
Pada Pilpres 2019, suara sahnya 21,7 juta orang di Jateng. Lebih sedikit 3 juta suara dibandingkan Jatim, dan 5 juta suara dari Jabar. Tetapi suaranya solid. Jateng memang kandang banteng, PDIP.
Selisihnya separuh persis di Jateng. Prabowo-Sandiaga Uno hanya mendapat 4.944.447 suara dan Jokowi-Maruf 16.825.511 suara.
Prabowo dipilih seperempat lebih sedikit dari suara sah, sisanya ke Jokowi. Selisihnya pun mencapai hampir 12 juta suara.
Di Jatim, suara sah di Pemilu 2019 ada 24,6 juta orang. Prabowo hanya mendapat separuh dari suara yang diraih Jokowi.
Prabowo 8,4 juta suara, Jokowi 16,2 juta suara. Prabowo-Sandi hanya menang di Jabar.
Jokowi-Maruf mendapat 10.750.568 suara, sementara Prabowo-Sandi mendulang 16.077.446 suara.
Total pengguna hak pilih di Jabar mencapai 27.467.370 orang. Adapun, jumlah seluruh suara sah mencapai 26.828.014.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menduga, Partai Gerindra masih ragu untuk mengusung Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai cawapres di Pemilu 2024.
Menurut Umam, alih-alih Cak Imin, Gerindra lebih mempertimbangkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk dampingi Prabowo.
"Di satu sisi, PKB tentu mengharapkan nama Cak Imin sebagai cawapres," kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022).
"Namun di sisi lain, ada elemen di lingkaran inti Gerindra yang mengharapkan nama Khofifah sebagai pendamping Prabowo di Pilpres 2024 mendatang," tuturnya.
Umam berpendapat, Gerindra setidaknya punya dua alasan untuk lebih mempertimbangkan Khofifah.
Pertama, partai pimpinan Prabowo Subianto itu hendak menyasar basis pemilih loyal Nahdlatul Ulama (NU), khususnya di kalangan ibu-ibu.
Kalangan Nahdliyin ini umumnya tergabung dalam jaringan Muslimat, Fatayat, maupun alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) atau Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berasal dari akar kultural Nahdliyyin.
"Semua itu diharapkan bisa menjadi trade off atau pertukaran kekuatan pemilih, sebagai pengganti atas kekuatan dukungan yang hilang atau setidaknya menurun secara signifikan dari basis dukungan kelompok muslim di wilayah Sumatera, Jawa Barat, NTB dan lainnya di 2024 mendatang," ujar Umam.
Kedua, kata Umam, Gerindra telah berhitung bahwa salah satu faktor kekalahan Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019 karena terjadinya defisit dukungan di wilayah Jatim.
Oleh karenanya, penguasaan wilayah Jatim diharapkan mampu mendorong kemenangan Prabowo di pilpres mendatang.
Umam mengatakan, upaya menyandingkan Prabowo-Khofifah berpotensi terganjal oleh sejumlah realitas politik.
Pertama, Khofifah tidak memilik rumah politik yang jelas. Kendati punya kedekatan sejarah dengan partai Islam seperti PKB dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mantan Menteri Sosial itu justru diusung oleh Demokrat dan Golkar di Pilkada Jatim 2018.
Kedua, lanjut Umam, PKB sebagai partai yang akan berkoalisi dengan Gerindra diprediksi akan terus menawarkan nama Cak Imin sebagai cawapres.
Ketiga, suara Nahdliyin berpotensi terbelah di 2024 dan tidak sesolid saat Pilpres 2019, ketika politik identitas menguat dan Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin jadi cawapres Joko Widodo.
Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan, rapimnas tersebut sekaligus akan meresmikan koalisi antara partainya dengan PKB.
"Pertemuan dengan pihak PKB kemarin itu juga sudah kesepakatan, akhirnya kemudian rapimnas pencapresan dan pengumuman koalisi akan dilakukan pada tanggal 13 agustus, hitung-hitungan hari baiknya begitu," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Kendati acara tersebut akan dihadiri oleh Ketua Umum PKB Muhaimim Iskandar, Dasco belum bisa memastikan apakah koalisi ini bakal menduetkan Prabowo dan Imin sebagai pasangan capres cawapres.
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menyebut PKB mesti mencari figur pasangan "pengantin" yang cocok mendampingi Prabowo Subianto.
“Kritik saya hanya untuk sosok Muhaimin Iskandar yang masih kurang laku di pasar calon pemilih,” tutur Ari kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022). Sebab, lanjut Ari, elektabilitas Muhaimin dari berbagai lembaga survei masih rendah.
Di sisi lain, Ari melihat Khofifah dapat menjadi sosok lain yang dilirik PKB untuk mendampingi Prabowo.
Ia mengatakan, Khofifah memiliki modal politik lebih mumpuni ketimbang Cak Imin.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Cak Imin, Prabowo Diprediksi Bakal Lirik Khofifah buat Duet di Pilpres 2024"