Pilpres 2024
Beda dengan Pilpres AS, Projo: Tak Mungkin Jokowi Endorse Capres
Presiden Jokowi tidak akan secara eksplisit memberi dukungan pada Calon Presiden 2024.
TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Presiden Jokowi tidak akan secara eksplisit memberi dukungan pada Calon Presiden 2024.
Demikian kata Ketua Umum Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi.
Dan ini sebagai bantahan atas isu sinyal Presiden Jokowi yang memberikan dukungan pada Ganjar Pranowo di acara Rakernas V Projo.
Untuk diketahui, Ganjar Pranowo merupakan salah satu tokoh masyarakat yang digadang-gadang ikut dalam kontestasi politik 2024.
Ini berdasarkan hasil yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei yang ada di Indonesia.
"Nggak mungkin akan bicara dukung si A, dukung si B," kata Budi Arie Setiadi dikutip dari kanal YouTube KOMPAS TV, Jumat (27/5/2022).
"Beda dengan misalnya presindensial di Amerika Serikat, Barack Obama sebagai incumbent ya endorse langsung Hillary ketika waktu itu dikalah dengan Trump," tambah Budi Arie Setiadi.
Bukan tanpa sebab, diakui Budi Arie Setiadi bahwa dengan adanya multipartai yang ada sekarang ini, maka dipastikan Presiden Jokowi tidak akan secara terang-terangan mendeklarasikan Capres 2024.
Selain itu, berdasarkan hasil kalkulasi dari Projo, calon yang kemungkinan maju pada Pilpres 2024 adalah kader-kader partai dari koalisi pemerintahan.
"Karena itu dalam kalkulasi kami, ada 3 komponen nanti 2024, lebih kompleks di banding 2019, karena koalisi partainya menentukan Capres, Cawapres juga ditentukan," ujar Budi Arie Setiadi.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dalam hal ini satu-satunya partai yang memiliki tiket bisa mengajukan Capres 2022, diakui Wakil Sekretaris Jendral PDIP, Arif Wibowo kalau akan tetap berkoalisi dengan partai-partai lain.
Ini sesuai dengan pandangan politik bahwa membangun bangsa Indonesia tidak bisa dijalankan dengan sendirian.
"PDI-Perjuangan berkali-kali setidaknya yang saya sampaikan bahwa kita akan bersama dengan kekuatan yang lain untuk mengurus Indonesia," tutur Arif Wibowo.
Ketum Projo Jelaskan Maksud Ucapan 'Yang Kita Dukung Ada di Sini'
Ucapan Presiden Jokowi saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-5 Projo 'mungkin yang kita dukung ada di sini' masih menjadi sorotan.
Seperti diberitakan, ada hal menarik saat Presiden Jokowi Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-5 Projo yang merupakan kelompok relawan pendukung Jokowi.
Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan pesan-pesan politik kepada para relawan Projo.
Jokowi berpesan kepada para relawan agar dalam berpolitik tidak mengambil langkah yang tergesa-gesa.
“Yang ketiga, urusan politik, ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi kemudian menyebut juga soal dukungan kepada tokoh yang hadir pada acara tersebut.
“Jangan tergesa-gesa. Meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini,” kata Presiden Joko Widodo yang disambut riuh oleh para peserta Rakernas.
Dalam sambutannya, Jokowi juga mengungkapkan tantangan yang dirasakannya saat memimpin Indonesia ketika pandemi Covid-19.
Selain itu, ia juga mengatakan dampak konflik yang melibatkan Rusia dengan Ukraina yang dirasakan negara-negara lain.
Ia juga membeberkan upaya pemerintah dalam menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok seperti bahan bakar, listrik, hingga pangan.
Pemaparan yang disampaikannya membuat Jokowi meminta kepada relawan agar tidak tergesa-gesa dalam meminta arahan soal Pemilu 2024.
“Semuanya sulit dihitung karena ketidakpastian global terus menerus terjadi, sehingga yang ketiga yang berkaitan dengan politik, karena kita harus fokus kerja untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tadi, ojo kesusu sek (jangan terburu-buru dulu), jangan tergesa-tergesa.”
“Meskipun, mungkin yang kita dukung ada di sini,” ujar Jokowi dibarengi dengan riuh teriakan peserta Rakernas.
“Sudah dibilang jangan tergesa-gesa, ojo kesusu. Ini mau tergesa-gesa ini kelihatannya. “Sekali lagi, persoalan-persoalan ini harus diselesaikan dulu, baru kita masuk ke yang namanya keputusan yang saya akan dengar dari bapak ibu semuanya,” imbuhnya seperti dilansir Tribunnews.com di artikel berjudul Hadiri Rakernas V Projo di Magelang, Jokowi Minta Relawan Sabar soal Capres yang Diusung: Ojo Kesusu.
Lebih lanjut, Jokowi mengungkapkan situasi politik di Indonesia saat ini masih tidak jelas.
“Partai apa? Mencalonkan siapa? Belum jelas. Sehingga jangan sampai keliru, jangan sampai salah. Setuju kita bersabar? Setuju kita tidak tergesa-gesa dulu?,” tanya Jokowi.
Pertanyaan itu pun disambut teriakan relawan dengan menyatakan setuju.
Kemudian terkait capres yang akan diusung, Jokowi menyatakan akan bertanya terlebih dahulu dengan pemimpin dari relawan Projo.
“Saya akan tanya, gimana pak Ketua, calon kita siapa, akan kroscek juga paling bawah, relawan paling bawah yang ada di desa akan saya tanya ‘Bagaimana bapak ibu? Siapa ini (capres)?’.”
“Pasti akan tanyakan seperti itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyebut ingin memperlihatkan kesolidan dari relawan Projo dengan pengibaratan sebagai kapal besar.
“Saya akan menunjukan dengan pertemuan besar di tingkat nasional, saya ingin tunjukan kita ini masih solid, kita ini masih satu dan kita ini masih semangat.”
“Karena yang kita miliki itu kapal kecil, bukan kapal besar,” tegasnya.
Di akhir sambutannya, Jokowi membagikan jaket yang dikenakannya dan membuka Rakernas V Projo tersebut dengan memukul gong.
Rakernas V Projo yang diselenggarakan di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022) itu dihadiri juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang juga merupakan relawan dari Sekretaris Nasional Jokowi, anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto, serta Bupati Magelang Zaenah Arifin.
Ketum Ungkap Maksud Ucapan Jokowi
Apakah maksud ucapan Jokowi untuk Ganjar Pranowo? Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengungkapkan bahwa dalam wawancara dengan CNN Indonesia dalam video berjudul "Pengamat: Kode Jokowi Dukung Ganjar Maju Pilpres 2024 Cukup Keras" bisa ditujukan untuk siapa saja, termasuk untuk Jokowi sendiri.
"Kita tidak bisa melarang masyarakat berspekulasi bahwa yang dimaksud pak Jokowi dengan 'mungkin yang akan kita dukung ada di sini'. Kata kita di sini mengindikasikan bahwa Projo dan Pak Jokowi itu menyatu, manunggal. Nah, yang hadir di situ kan bukan hanya pak Ganjar, ada pak Moeldoko, ada Ketua Panitia kan bisa saja yang dimaksud pak Jokowi. Atau siapa, atau pak Jokowi sendiri, begitu, lho," ujarnya.
Saat ini, menurutnya masih terlalu dini untuk menyimpulkan siapa yang dituju Jokowi dalam ucapannya tersebut.
Masa jabatan Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan berakhir pada tahun 2024 mendatang.
Sesuai Undang-Undang, Presiden Jokowi tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai calon Presiden (capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Namun, jalan bagi Jokowi untuk kembali memimpin Indonesia 5 tahun ke depan belum sepenuhnya tertutup.
Awal tahun 2022 lalu, Kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Sekretariat Bersama Prabowo-Jokowi mendorong agar Presiden Joko Widodo maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang, berduet dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
"Deklarasi Sekber Prabowo-Jokowi mendorong Prabowo Subianto, calon presiden dan Joko Widodo, calon wakil presiden, sebagai bagian dari Kabinet Indonesia Maju Jilid II untuk maju dalam Pemilu 2024," kata Ketua Koordinator Sekber Prabowo-Jokowi, G Gisel, dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/1/2022).
Gisel mengatakan, pihaknya mendorong pasangan Prabowo-Jokowi demi melanjutkan kesinambungan kerja dan pembangunan nasional.
Ia menuturkan, masa kepemimpinan periode kedua Jokowi berada dalam posisi sulit dan penuh tantangan akibat krisis global dan pandemi Covid-19 yang berdampak pada berbagai sektor, khususnya ekonomi dan kesehatan.
Menurut dia, kondisi sulit tersebut membutuhkan respons cepat dan tepat dari pemerintah agar Indonesia tidak jatuh dalam jurang resesi.
"Beruntung sampai saat ini Indonesia belum jatuh pada jurang resesi. Sedangkan, banyak negara sudah mengalami resesi, termasuk negara tetangga Singapura," ujar Gisel.
Gisel pun mendukung kebijakan pemerintah melahirkan Undang-Undang Cipta Kerja yang menurutnya mempermudah investasi melalui penyederhanaan regulasi terkait bisnis dan investasi.
Sekber juga memuji pembangunan infrastruktur dan jaringan transportasi yang terus dilakukan pemerintah di tengah penyebaran Covid-19 yang belum terkendali.
"Kemudian, yang tidak kalah penting adalah agenda pemindahan status Ibu Kota Negara (IKN) dari DKI Jakarta ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang direncanakan akan dimulai pada semester I tahun 2024," kata Gisel seperti dilansir Kompas.com.
Gerindra Berharap Jokowi Dorong Prabowo
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan habis masa jabatannya pada 2024, mempertimbangkan Ketua Umum
Prabowo Subianto maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hal tersebut ia sampaikan untuk menanggapi peluang Presiden Jokowi sebagai "King Maker" Pilpres 2024.
Istilah itu merujuk pada politikus bertangan dingin yang dapat memunculkan kandidat memenangi pemilu.
"Kami memberi kontribusi kepada Presiden Joko Widodo dalam hal ini untuk bisa menjadikan pertimbangan bahwa Pak Prabowo Subianto lah yang bisa jadi pertimbangan bagi presiden untuk
Pilpres 2024," kata Ferry dalam diskusi di acara Satu Meja The Forum yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (12/1/2022) malam.
Bukan tanpa alasan, Ferry mengungkit presiden bisa melihat hasil sejumlah lembaga survei nasional yang menunjukkan tingginya elektabilitas Prabowo sebagai capres 2024.
Menurut dia, tingginya elektabilitas itu tentu dapat menjadi salah satu faktor bagi Gerindra, king maker maupun partai politik lain untuk tertarik mengusung Prabowo sebagai capres.
"Bagi Partai Gerindra, tentu dengan hasil survei, Alhamdulillah masih menempatkan Prabowo Subianto menjadi salah satu tokoh yang calon presiden paling tinggi hasil surveinya," ucap Ferry.
Di sisi lain, Ferry mengatakan bahwa Gerindra juga sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo untuk menolak adanya perpanjangan masa jabatan presiden.
Selain itu, dirinya juga menegaskan, Gerindra tetap taat pada ketentuan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu bahwa
Pilpres dilakukan pada 2024.
"Enggak ada ide perpanjangan dan lain sebagainya yang masih mewarnai dinamika yang terjadi sampai saat ini," tambah dia.
Terkait sosok Prabowo Subianto, ucap Ferry, adalah sosok yang memiliki kebesaran hati menerima kekalahan pada Pilpres 2019.
Saat itu, kata dia, bahkan Prabowo kemudian bersedia menerima tawaran Jokowi untuk masuk dalam pemerintahan sebagai Menteri Pertahanan.
Hal itu dinilai menjadi sebuah pertimbangan penting bagi Gerindra untuk kembali mengusung Prabowo untuk maju dalam Pilpres.
"Pak Prabowo dengan segala kebesaran hatinya mau bergabung di dalam pemerintahan dalam rangka mendinginkan suasana. Saya enggak bisa membayangkan kalau Pak Prabowo tidak punya kebesaran hati, dan kita masih terbelah polarisasinya dengan sangat tajam menurut saya, lebih banyak mudaratnya," kata Ferry.
Sebelumnya, analis politik dari lembaga survei Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, menilai bahwa Presiden RI Joko Widodo akan menjadi "king maker" paling kuat pada Pilpres 2024.
Burhanuddin menilai, kekuatan Jokowi sebagai king maker bahkan berpotensi melebihi politikus-politikus kawakan seperti Megawati Soekarnoputri dan
Prabowo Subianto.
Apalagi, Megawati dinilai sudah tak mungkin mencalonkan diri lagi sebagai presiden, sementara itu Prabowo justru diprediksi akan ngotot mencalonkan diri lagi.
"King maker yang paling kuat ya Pak Jokowi karena dia bagaimana pun masih berkuasa ketika Pemilu 2024 digelar," kata Burhanuddin di kantor DPP Partai Golkar, Selasa (11/1/2022) seperti dilansir
Kompas.com. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co dengan judul Ketua Umum Projo Pastikan Presiden Jokowi Tak Akan Deklarasikan Capres 2024
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/230522-Jokowi-21.jpg)