Sosok Lengkap Ferdinand Marcos Jr Presiden Terpilih Filipina

Ferdinand Marcos Jr adalah anak dari mantan diktator dan presiden Filipina Ferdinand Marcos.

Editor: Lodie Tombeg
Kompas.com
Presiden terpilih Filipina Ferdinand Marcos Jr 

Meski ia menggambarkan ayahnya sebagai jenius politik, Ferdinand Marcos Jr menjaga jarak dari tuduhan penjarahan kas negara dan salah urus ekonomi yang kemudian memiskinkan bangsa.

Setelah kematian diktator itu di Hawaii pada 1989, keluarga Marcos kembali ke rumah dan memulai kebangkitan mereka untuk menduduki posisi yang lebih tinggi.

Perubahan haluan keluarga dibantu oleh kekecewaan publik atas jurang pemisah abadi antara kaya dan miskin, dan tuduhan korupsi yang merusak pemerintahan pasca-Marcos.

Berusaha menghindari terulangnya kampanye 2016 ketika diburu oleh pertanyaan tentang masa lalu keluarganya, Ferdinand Marcos Jr kali ini menolak debat dengan rival dan hanya memberikan sedikit wawancara.

Para lawan juga tidak berhasil membuatnya didiskualifikasi dari pencalonan presiden karena hukuman pajak sebelumnya.

Mereka pun menuduhnya melebih-lebihkan kualifikasi pendidikannya dan keluarganya gagal membayar hampir 4 miliar dollar AS (Rp 58,19 triliun) dalam bentuk pajak tanah.

Sampai baru-baru ini, presiden petahana Rodrigo Duterte menjadi pendukung Ferdinand Marcos Jr. Meskipun partainya mendukung Marcos sebagai presiden, Duterte menyebutnya sebagai pemimpin yang lemah.

Hal ini memicu spekulasi bahwa Duterte, yang menghadapi penyelidikan internasional atas perang narkoba yang mematikan, berusaha mendapatkan jaminan dari Ferdinand Marcos Jr ketika dia keluar dari jabatannya.

Pada minggu terakhir kampanye, ketika Robredo tampaknya mendapatkan momentum, Ferdinand Marcos Jr memperingatkan kecurangan suara tanpa memberikan bukti apa pun.

 

Kenapa Pilpres Filipina 2022 Kontroversial?

Masyarakat Filipina melakukan pemungutan suara untuk memilih presiden baru pada Senin (9/5/2022), yang menurut para analis akan menjadi pemilihan paling signifikan dalam sejarah negara Asia Tenggara baru-baru ini.

Tidak ada putaran kedua, sehingga nama presiden baru bisa diketahui dalam beberapa jam. Peresmian dilakukan pada Juni mendatang.

Akan tetapi, politik bisa menjadi bisnis yang berbahaya di Filipina dan ada risiko kekerasan selama kampanye dan pemilihan itu sendiri.

Dalam salah satu insiden paling mengerikan, puluhan orang tewas dan dikubur di pinggir jalan pada 2009 oleh klan politik saingan, dalam apa yang kemudian dikenal sebagai pembantaian Maguindanao.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved