Indonesia Didukung Cloud dan AI Dalam Program Penurunan Emisi Karbon Indonesia 2030
Namun, agar target tersebut tercapai, diperlukan partisipasi dari seluruh anggota masyarakat. Sebab, emisi karbon ditentukan juga oleh aktivitas masya
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon negara sebesar 41 persen pada 2030. Tujuannya adalah untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan. Komitmen ini pun sebetulnya telah dituangkan dalam Program Indonesia Emas 2045.
Namun, agar target tersebut tercapai, diperlukan partisipasi dari seluruh anggota masyarakat. Sebab, emisi karbon ditentukan juga oleh aktivitas masyarakat sehari-hari. Misalnya menyalakan lampu, makan, dan berkendara.
Aktivitas yang kita anggap sepele itu, rupanya menghasilkan jejak karbon, yakni otal emisi gas rumah kaca yang timbul secara langsung maupun tidak langsung akibat individu, organisasi, peristiwa, atau produk.
Gencarnya upaya edukasi mengenai pentingnya kolaborasi dalam menyelesaikan sustainability issue pun ikut meningkatkan kesadaran individu dan organisasi untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas sehari-hari.
Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menjalankan aktivitas secara berkelanjutan (sustainable)? Tindakan nyata apa yang bisa kita lakukan?
Di tengah kebingungan ini, inovasi berbasis komputasi awan (cloud computing) dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) ikut menghadirkan solusi. Salah satunya adalah solusi yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran dan pelaporan jejak karbon, hingga memantau tindak pemulihannya secara lebih mudah.
Adalah Jejak.in, sebuah platform digital yang menghadirkan solusi inovasi teknologi mutakhir dan terjangkau untuk berkontribusi dalam konservasi lingkungan.
Dengan berbasis Internet of Things (IoT) dan AI, Jejak.in menggunakan tiga langkah pendekatan dalam upayanya membantu melawan perubahan iklim, yaitu dengan memahami jejak karbon yang dihasilkan, berkontribusi untuk menghapus dampak karbon yang dihasilkan, serta melakukan pemantauan terhadap program reboisasi atau penanaman kembali hutan gundul.
“Jejak.in lahir karena kami melihat bahwa upaya melawan perubahan iklim harus bisa diakses oleh siapa saja. Dengan membuka peluang bagi banyak pihak untuk memahami dampak karbon yang dihasilkan dari aktivitasnya sehari-hari dengan mudah, kami berharap semakin banyak pula orang yang sadar dan ingin mengurangi dampak karbonnya melalui berbagai langkah berkelanjutan (sustainable),” ujar Arfan Arlanda, CEO dan pendiri Jejak.in.
Platform Jejak.in menjadi pertemuan berbagai sumber data yang mengumpulkan informasi penting mengenai lingkungan hidup, termasuk pemanfaatan light detection and ranging (LiDAR), pesawat nirawak (drone), dan berbagai sensor IoT.
Data yang terkumpul kemudian diolah untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan para pengguna untuk memahami dampak lingkungan.
Dengan dukungan Microsoft melalui platform cloud computing Microsoft Azure, Jejak.in mampu melakukan hal-hal tersebut secara terintegrasi dengan akses yang mudah.
Berbagai titik data yang dikumpulkan tersebut diterima oleh Microsoft Azure untuk kemudian diolah dan menghasilkan pemahaman (insights). Selain itu, platform Microsoft Azure juga mendukung distribusi informasi yang telah diolah kepada para pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah.
Dengan semangat kolaborasi, Jejak.in terus membumikan isu keberlanjutan melalui kemitraan dengan sejumlah institusi terkemuka di Indonesia untuk menyediakan kalkulator karbon dan alat pemantauan yang tersedia melalui berbagai platform digital. (*)
