Pilpres 2024
Kekuatan Berimbang: Ini Hasil Survei Pasangan Ganjar-Airlangga, Anies-AHY dan Prabowo-Puan
Pemilihan presiden 2024 kemungkinan maksimal diikuti tiga pasangan, presidensial threshold (ambang batas mencalonkan presiden) 20 persen.
TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Pemilihan presiden 2024 kemungkinan maksimal diikuti tiga pasangan, presidensial threshold (ambang batas mencalonkan presiden) cukup tinggi, 20 persen.
Simulasi pilihan terhadap tiga pasangan. Ketiga pasangan mendapat dukungan yang kurang lebih sama. Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendapat dukungan 29,8 persen, seimbang dengan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto 28,5 persen dan Prabowo Subianto-Puan Maharani 27,5 persen. Yang belum tahu 14,3 persen.
Jika Airlangga menjadi capres dan berpasangan dengan Ganjar sebagai cawapresnya, dalam simulasi pilihan terhadap tiga pasangan (Airlangga-Ganjar vs Anies-AHY vs Prabowo-Puan), pasangan Airlangga-Ganjar hanya mendapat 22,6 persen dukungan.
Mereka kalah oleh pasangan Anies-AHY yang dukungan 32,3 persen. Sementara pasangan Prabowo- Puan meraih dukungan 29 persen. Yang belum tahu 16,1 %.
Ketiga pasangan tersebut mendapat dukungan yang kurang lebih sama. Demikian survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada 13-20 Maret 2022 yang diterima Tribunnews.com. Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1.220 responden.
Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.027 atau 84 persen. Sebanyak 1.027 responden ini yang dianalisis.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,12 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
SMRC dalam rilisnya berpendapat, pemilihan presiden mendatang mungkin maksimal hanya terdiri tiga pasangan (karena threshold cukup tinggi, 20 persen).
Pembentukan pasangan calon presiden-wakil presiden dapat ditentukan oleh pola hubungan antarpartai untuk berkoalisi.
Kalau ideologi penting maka partai paling kebangsaan dan partai paling Islam mungkin tak mudah berkoalisi. PDIP dan PKS mungkin tak berkoalisi di tingkat nasional.
Partai-partai lain di antara dua partai tersebut dapat saling berkoalisi baik dengan PDIP maupun PKS.
Berdasarkan komunikasi antara elite partai, ada beberapa partai yang tak mudah komunikasi bukan karena ideologi tapi suasana kebatinan di antara pemimpin partai. Misalkan PDIP, Partai Demokrat dan Partai NasDem.
Juga NasDem dan Gerindra. Karena itu kemungkinan PDIP tidak berkoalisi dengan Demokrat maupun NasDem. Sementara NasDem mungkin tak bisa berkoalisi dengan Gerindra.
PDIP, Golkar dan Gerindra sebagai tiga partai terbesar. Kemungkinan masing- masing partai ini menuntut kadernya jadi nomor 1 atau miminal nomor 2.
Maka Prabowo, Puan, dan Airlangga mungkin akan maju untuk capres atau cawapres. Intensitas harus menjadi capres adalah Prabowo dari Gerindra.
Jika pertimbangan elektabilitas calon. Tiga teratas elektabilitas adalah Prabowo, Ganjar, Anies. Mungkin mereka akan dilirik untuk capres.
Kombinasi antara kelimanya mungkin bisa melahirkan tiga poros calon: PDIP-Gerindra, Golkar, dan Nasdem/Demokrat. Calon pasangan mereka adalah: Prabowo-Puan, Ganjar-Airlangga, Anies- AHY. Bisa juga Airlangga-Ganjar. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/300322-figur-capres.jpg)