Podcast Tribun Gorontalo

Podcast Eksklusif: Luthfie Latief Ungkap Wajah Damkar Gorontalo dari Dekat

Dalam episode terbaru Tribun Gorontalo Podcast, Kepala Seksi Pemadam dan Penyelamatan Kebakaran Kota Gorontalo, Muh Luthfie Latief,

|
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com
TRIBUNPODCAST - Cerita Petugas Damkar Jinakan Api di Gorontalo 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo — Dalam episode terbaru Tribun Gorontalo Podcast, Kepala Seksi Pemadam dan Penyelamatan Kebakaran Kota Gorontalo, Muh Luthfie Latief, hadir sebagai narasumber utama.

Dipandu jurnalis Jefri Potabuga, perbincangan berdurasi hampir satu jam ini membedah secara mendalam peran, tantangan, dan harapan besar di balik seragam petugas Damkar.

Luthfie menegaskan bahwa tugas pemadam kebakaran jauh melampaui sekadar memadamkan api.

“Ada pencegahan, penyelamatan, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan bahan berbahaya,” ujarnya.

Tupoksi Damkar mencakup edukasi publik, inspeksi bangunan, hingga pengendalian bahan berbahaya dan beracun (B3).

Menurutnya, seluruh fungsi tersebut berjalan secara berkesinambungan dan saling mendukung.

“Kalau kita bicara pemadam kebakaran, itu tidak hanya tentang memadamkan api, Tugasnya jauh lebih luas, ada pencegahan, penyelamatan, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan bahan berbahaya.” ujar Luthfie

Ia memaparkan bahwa bidang pencegahan merupakan ujung tombak dalam mengurangi risiko terjadinya kebakaran. 

Melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi publik, pihaknya berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya dan dampak kebakaran yang tidak hanya menimbulkan kerugian harta, tetapi juga bisa menghentikan aktivitas ekonomi suatu wilayah.

“Risiko kebakaran ini bisa sangat merugikan. Satu kejadian saja bisa menghentikan proses ekonomi karena dampaknya menjalar luas,” jelasnya.

Selain sosialisasi, Damkar Kota Gorontalo juga melaksanakan inspeksi keamanan bangunan, terutama yang menjadi fasilitas layanan publik seperti sekolah, kantor pemerintahan, dan rumah sakit. 

Koordinasi dilakukan dengan berbagai instansi agar bangunan memenuhi standar keamanan dan memiliki sistem penyelamatan ketika kebakaran terjadi.

Butuh SDM Profesional dan Sarana Memadai

Luthfie mengungkapkan bahwa keberhasilan Damkar dalam menjalankan tugasnya sangat bergantung pada dua hal utama, kompetensi petugas dan sarana prasarana yang memadai.

“SDM dan sarpras itu dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kalau kompetensinya bagus, tapi peralatannya minim, hasilnya tidak maksimal. Begitu pula sebaliknya,” tutur Luthfie.

Menurutnya, petugas pemadam kebakaran Kota Gorontalo telah dibekali pendidikan teknis dan pelatihan khusus. 

Sebagian besar telah mengikuti Diklat Pemadam Kebakaran di Pusdiklatkar Ciracas, DKI Jakarta, serta Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pemadam Kebakaran di Rokan Hilir, Riau.

Pelatihan ini dilakukan bekerja sama dengan instansi pemerintah pusat untuk meningkatkan kompetensi teknis, kecepatan respons, serta kemampuan penyelamatan di medan berisiko tinggi.

Namun, Luthfie menegaskan bahwa pelatihan tidak akan efektif tanpa dukungan sarana yang memadai. 

Hingga kini, Kota Gorontalo masih terbatas dalam jumlah armada dan alat pendukung operasional.

Pemberdayaan Masyarakat dan Relawan Damkar

Salah satu fokus Damkar ke depan adalah memperkuat pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan relawan kebakaran di tiap kelurahan.

Program ini, kata Luthfie, merupakan bagian dari Standar Pelayanan Minimum (SPM) sektor pemadam kebakaran sebagaimana diatur pemerintah pusat.

“Di setiap kelurahan ada tenaga-tenaga relawan yang dibina oleh kami. Mereka ini menjadi garda terdepan sebelum petugas tiba di lokasi kebakaran,” ujarnya.

Selain itu, Damkar juga aktif mengedukasi anak-anak usia dini melalui program Nateka (Anak Tahu Kebakaran).

Program ini bertujuan membentuk budaya sadar keselamatan sejak usia sekolah dasar.

“Kalau anak-anak sudah paham soal keselamatan diri dan lingkungan sejak dini, ke depan mereka akan tumbuh menjadi generasi yang peduli terhadap bahaya kebakaran,” tambahnya.

Dalam dua tahun terakhir, kebakaran di Kota Gorontalo banyak disebabkan oleh kelelahan instalasi listrik, bukan korsleting murni seperti yang sering diasumsikan masyarakat.

“Sering orang bilang korslet, padahal yang terjadi adalah kelalaian instalasi listrik,” kata Luthfie.

Ia menjelaskan, sistem kelistrikan yang sudah berumur lebih dari 15 tahun seharusnya segera diperiksa kembali oleh pihak berwenang.

Penggunaan kabel tidak standar, stop kontak longgar, atau alat listrik berdaya besar tanpa pengaman sering kali menjadi pemicu kebakaran di permukiman.

“Kalau instalasi bekerja sempurna dan MCB-nya berfungsi, tidak akan terjadi kebakaran akibat arus pendek,” jelasnya.

Untuk itu, Luthfie mengimbau masyarakat agar tidak mengabaikan kondisi instalasi rumah. Ia menyarankan warga agar meminta bantuan PLN untuk melakukan evaluasi jika bangunan sudah tua.

Kesiapsiagaan menjadi hal yang tak bisa ditawar. Dalam SOP (Standar Operasional Prosedur), setiap petugas piket Damkar wajib melakukan pemeriksaan armada tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam. 

Pemeriksaan ini mencakup ketersediaan air, bahan bakar, sistem pengereman, serta kelengkapan alat di kendaraan.

“Tidak boleh ada alasan mobil damkar tidak bisa jalan atau kehabisan air di lokasi. Itu sudah jadi standar,” tegas Luthfie.

Namun, ia mengakui masih sering terjadi kendala suplai air di lapangan. Saat air habis, proses pemadaman menjadi terhenti dan api yang semula terkendali bisa kembali menyala. 

Kondisi tersebut, menurutnya, menjadi catatan penting bagi peningkatan fasilitas pemadam di masa depan.

“Kami sudah mengusulkan tambahan mobil suplai air melalui CSR pemerintah kota. Harapannya agar proses pemadaman tetap kontinu,” ungkapnya.

Dalam podcast itu, Luthfie juga menegaskan bahwa keselamatan petugas merupakan prioritas utama.

Sebelum turun ke lokasi, petugas wajib memastikan seluruh peralatan keselamatan dalam kondisi baik.

“APD itu wajib. Kalau tidak lengkap, kami tidak izinkan ikut operasi pemadaman,” tegasnya.

Selain pemeriksaan alat, pelatihan tentang size up atau penilaian awal di lokasi kebakaran juga menjadi bagian penting agar petugas memahami potensi bahaya di area yang mereka masuki.

Untuk menjaga keselamatan, petugas selalu memastikan jalur evakuasi, arah angin, dan sumber air terdekat sebelum melakukan penyemprotan api. 

“Risiko di lapangan tinggi. Jadi kita tidak boleh lengah,” tambahnya.

Hingga saat ini, Dinas Pemadam dan Penyelamatan Kebakaran Kota Gorontalo memiliki tiga unit mobil pompa aktif dengan kapasitas masing-masing 6 ton, 4 ton, dan 3 ton.

Sementara satu unit mobil suplai sudah tidak beroperasi karena rusak dan sulit diperbaiki akibat usia kendaraan yang sudah tua.

“Yang paling muda pengadaan 2014. Dua unit lainnya dari tahun 2005, jadi rata-rata sudah berumur di atas sepuluh tahun,” tutur Luthfie.

Beberapa kali, mobil damkar mengalami kendala teknis di lapangan.

Namun, kata Luthfie, para pengemudi Damkar memiliki kemampuan perbaikan dasar sehingga kendaraan dapat segera difungsikan kembali.

“Driver damkar beda dengan sopir biasa. Mereka wajib tahu cara merawat dan memperbaiki kendaraannya. Kadang saat kebakaran tiba-tiba mogok, langsung diperbaiki di lokasi,” jelasnya.

Kondisi fasilitas kantor pun masih terbatas. Hingga kini, Damkar Kota Gorontalo belum memiliki tempat parkir permanen untuk armadanya.

Rencana pembangunan lahan parkir sempat dibahas bersama Dinas PUPR, namun terkendala status hak guna bangunan di area yang direncanakan.

Selain armada, alat penyelamatan non-kebakaran seperti peralatan evakuasi hewan berbahaya, kendaraan rescue, dan perlengkapan keselamatan lainnya juga masih minim.

“Masker, sepatu, fire jacket sebagian besar sudah rusak. Ini bisa menghambat petugas di lapangan,” katanya menambahkan.

Menutup perbincangan dalam Tribun Gorontalo Podcast, Luthfie menyampaikan harapan agar pemerintah daerah terus memperkuat dukungan terhadap Damkar, baik dari sisi pengadaan armada baru, peralatan keselamatan, maupun peningkatan SDM.

“Kami berharap layanan pemadam di Kota Gorontalo makin kuat dan cepat, agar masyarakat merasa aman dan terlindungi,” ujarnya.

Podcast berdurasi hampir satu jam itu diakhiri dengan penegasan bahwa profesi pemadam kebakaran bukan hanya pekerjaan teknis, melainkan tugas kemanusiaan yang penuh dedikasi dan risiko tinggi.

“Damkar bukan hanya soal memadamkan api, tapi menyelamatkan hidup manusia,” tutup Luthfie dalam perbincangan sore itu.  (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved