Kasus Puskes Sipatana
Kapuskes Sipatana Dinonjobkan Wali Kota Gorontalo Buntut Ambulans Dipakai untuk Turnamen Voli
Tanda tanya publik terkait nasib Kepala Puskesmas (Kapuskes) Sipatana, Rita Bambang, akhirnya terjawab.
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Tanda tanya publik terkait nasib Kepala Puskesmas (Kapuskes) Sipatana, Rita Bambang, akhirnya terjawab.
Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, menegaskan telah mengambil keputusan tegas atas jabatan yang diemban Rita.
Sebelumnya, nama Rita Bambang menjadi sorotan dan menggemparkan publik Gorontalo setelah muncul kontroversi yang menyeret dirinya.
Ia dituding abai dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada warga di wilayah kerjanya.
Kasus ini mencuat setelah seorang pasien yang berada dalam jangkauan layanan Puskesmas Sipatana diduga meninggal dunia karena tidak mendapatkan pelayanan memadai.
Baca juga: Sisa 6 Hari! APBD Gorontalo Harus Disepakati Gubernur dan DPRD Jika Tak Mau Gaji Tertunda 6 Bulan
Insiden ini bermula ketika keluarga pasien memohon agar mobil ambulans puskesmas digunakan untuk membawa pasien yang dalam kondisi kritis.
Namun, ambulans tersebut diduga sedang dipakai Kapuskes Rita Bambang untuk agenda yang sama sekali tidak berkaitan dengan pelayanan medis, melainkan untuk kegiatan turnamen olahraga voli antar tenaga kesehatan.
Keputusan itu dinilai publik sebagai tindakan mengabaikan keselamatan nyawa pasien.
Akibat tidak tersedianya ambulans, upaya penyelamatan tidak berjalan optimal hingga akhirnya nyawa pasien tidak tertolong.
Peristiwa ini memicu kemarahan dan kekecewaan masyarakat, terutama pihak keluarga korban yang merasa diabaikan.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea mengambil langkah cepat dan tegas.
Ia menyampaikan bahwa Rita Bambang telah dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Kepala Puskesmas Sipatana.
“Saya suruh nonjobkan orangnya (kapuskes). Tadi saya sampaikan, ada keluhan masyarakat terutama tentang pelayanan kesehatan. Pertama kejadian di Sipatana, kepala puskes tidak menyediakan mobil ambulans, makanya saya nonjobkan orangnya. Karena kita tidak ingin seperti itu,” tegas Adhan Dambea, Minggu (23/11/2025).
Adhan menambahkan, pelayanan kesehatan merupakan sektor yang tidak boleh ditawar dan harus mengutamakan keselamatan masyarakat.
Ia menegaskan bahwa Pemkot Gorontalo tidak akan memberi ruang bagi tindakan yang dinilai mengabaikan nilai kemanusiaan dan pelayanan publik.
Keputusan ini sekaligus menjadi sinyal keras Adhan Dambea agar seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Gorontalo meningkatkan profesionalisme dan respons cepat demi menangani kondisi darurat.
Kronologi Lengkap
Siang menjelang sore, Senin (17/11/2025) itu tiba-tiba Havid S Duto mengalami sakit hebat. Ia berada di rumahnya dan tampak kesakitan.
Tak ingin merujuk ke Puskesmas Sipatana yang berjarak 2 kilometer (km) dari rumah, keluarga justru berencana membawa Havid ke Rumah Sakit (RS) Aloei Saboe yang berjarak 6 km.
RS Aloei Saboe (RSAS) beralamat di Wongkaditi, Kelurahan Kota Utara Gorontalo. Ini merupakan RS yang dikelola oleh Pemerintah Kota Gorontalo.
Nahas, Havid yang belakangan diketahui meninggal duna pada hari itu juga, tak dapat tumpangan Ambulans.
Harapan keluarga menggunakan ambulans agar mendapat akses yang baik menuju ke RS.
Sebab, untuk mencapai RS ini, sebuah kendaraan harus melewati kemacetan Kota Gorontalo.
Apalagi di waktu sore hari, jam pulang kantor para pegawai yang biasanya membuat ruas-ruas utama dipenuhi kendaraan.
"Maksud kami menggunakan ambulans itu kan supaya cepat, tidak terganggu," kata Risnawati Duto, keluarga Havid.
Namun, rupanya ambulans yang ditunggu menjemput di rumah tersebut, tak kunjung datang.
Kata Risna, pihaknya menunggu sekitar 20 menit ambulans tiba menjemput. Namun tak datang juga.
Rupanya, ketika seorang petugas kesehatan (nakes) menelepon Kepala Puskesmas Sipatana, Rita Bambang, jawabannya bikin keluarga kecewa.
Sopir ambulans yang mestinya sigap menunggu pasien, tak ada di tempat. Mobil pun tak ada di lokasi puskesmas.
Sebab, di momen yang sama sejumlah petugas Puskesmas Sipatana tengah mengikuti perlombaan olahraga bola voli.
Ini merupakan lomba dalam rangkaikan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang kerap digelar setiap 12 November setiap tahunnya.
"Kata kapusnya sopir dua-dua mau bertanding voli," katanya.
Keluarga pun meminta pengertian pihak puskesmas agar bisa menunda sebentar pertandingan itu demi sang pasien. Namun rupanya permintaan itu tak disanggupi.
Meski tak ada sopir, keluarga tak patah semangat. Risna pun berencana hanya meminjam mobil itu.
Kepala kelurahan sudah menawarkan agar menggunakan sopir di luar petugas puskesmas.
Namun rupanya, tak cuma sopir yang tak ada, mobilnya pun yang tak ada lantaran digunakan sang sopir untuk bermain voli.
Karena kondisi korban semakin kritis, keluarga pun segera mencari alternatif untuk membawa pasien menggunakan mobil taksi.
Saat perjalanan pun mereka harus menghadapi macet karena pasien saat itu tidak menggunakan mobil ambulns yang memang diprioritaskan.
"Di jalan pun kami kena macet, karena ada perbaikan jalan, tapi maksud kami minta bantuan ambulans biar mempercepat proses ke rumah sakit," tegasnya.
Sampai di rumah sakit pasien masih penanganan medis hingga sekitar pukul 18.30 Wita bada Magrib, Havid menghebuskan napas terakhir.
"Sekitar dua jam dirawat dan almarhum menghebuskan napas terakhirnya," ucapnya lirih.
Ia pun mengaku kecewa dengan jawaban kapus mementingkan untuk ikut main voli ketimbang menyelamatkan nyawa seseorang.
"Kami paling kecewa dengan jawaban kapus yang lebih mementingkan main voli ketimbang menyelamatkan nyawa orang," tegasnya.
Apalagi ditambah hingga Havid dikebumikan kapus tidak datang untuk meminta maaf kepada pihak keluarga.
Konfirmasi Kapus
Saat dikonfirmasi TribunGorontalo.com, Rita Bambang membenarkan bahwa memang pihaknya saat yang sama mengikuti pertandingan voli.
Ia mengakui jika sopir ambulans bersama mobil tersebut berada di lokasi dinas kesehatan.
Saat itu memang kata dia tak ada komunikasi ke sopir ambulans untuk mengantar pasien, sehingga sang sopir pun melanjutkan untuk bermain voli.
Selain itu, Rita membantah jika pihaknya tak meminjamkan mobil ambulans kepada pihak keluarga.
Meski sebetulnya ia mengakui jika mobil pun di saat yang sama tengah digunakan oleh sang sopir ke luar puskesmas.
"Tidak benar ambulans dipakai tim puskesmas main voli bal.¥," katanya.
Namun ia mengakui sopir memang membawa mobil tersebut saat ia mengikuti turnamen bola voli tersebut.
Meski tidak mengakui telah melakukan kelalaian, Rita tetap meminta maaf kepada keluarga.
"Saya mohon maaf kepada keluarga pasien, salah benar kami tetap disalahkan, karena kami pelayan publik," kata dia.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/NONJOB-Wali-Kota-Gorontalo-Adhan-Dambea-nonjobkan-Rita-Bambang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.