TRIBUNGORONTALO.COM – RSUD Aloe Saboe Kota Gorontalo mencatat kebutuhan darah pasien mencapai rata-rata 600 kantong tiap bulan.
Permintaan terbesar datang dari pasien yang akan menjalani operasi, meskipun pasien dengan kondisi seperti anemia juga sering membutuhkan transfusi.
Menurut Wakil Direktur Pelayanan RSUD Aloe Saboe, Boby Harun Oko, golongan darah O menjadi paling dominan dengan kebutuhan hingga 300 kantong per bulan.
Sementara itu, golongan A sekitar 100 kantong, dan golongan AB menjadi yang paling langka dengan rata-rata hanya 28 kantong per bulan.
“Stok darah kami tidak merata, semua tergantung golongan. Ada yang paling banyak, ada juga yang paling langka,” jelas Boby.
Jika stok darah di rumah sakit kosong, RSUD akan berkoordinasi dengan PMI Kota Gorontalo. Namun, jika PMI juga tidak memiliki stok, pihak keluarga pasien diminta untuk mencari pendonor.
Meskipun menjadi rumah sakit rujukan, RSUD Aloe Saboe saat ini masih berstatus Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Artinya, RSUD belum bisa melakukan donor darah secara mandiri dan harus selalu bekerja sama dengan PMI.
“Kita belum bisa menggelar donor darah sendiri. Semua harus melibatkan PMI. Sebenarnya bisa, kalau kita punya unit transfusi darah (UTD) sendiri,” kata Boby.
Baca juga: Gorontalo Masuk Percontohan Pariwisata Ramah Muslim, Pertama Dinilai IMTI
Boby menambahkan, pembangunan UTD akan membuat pembiayaan lebih efisien, meskipun tetap harus didukung oleh PMI.
Pihak rumah sakit sudah mulai mempersiapkan UTD, termasuk lahan dan sumber daya.
“UTD harus ada izin dan bangunan sendiri. Kami sudah siapkan lahan dan sumber daya di rumah sakit juga sudah siap,” tegasnya.
Dengan kebutuhan darah yang terus meningkat, pembangunan UTD menjadi prioritas agar pelayanan bisa lebih cepat dan ketersediaan darah lebih terjamin.
Boby menegaskan bahwa prinsip rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang aman (kendali mutu) dan efisien (kendali biaya).
(TribunGorontalo.com/Herjianto Tangahu)