Penonton pun meluapkan kekesalan, bukan kepada Modric, melainkan kepada rekan-rekannya yang gagal membaca arah bola.
Sorotan pun kembali tertuju pada Modric. Ia tahu persis ke mana bola harusnya berakhir, dan ia ingin timnya memahami itu.
Debut Modric bukan sekadar statistik atau menit bermain. Ini adalah pelajaran tentang dedikasi, kecermatan, dan cinta terhadap sepak bola.
Di stadion yang malam itu tanpa kehadiran Curva Sud, hanya satu nama yang mampu mengangkat decibel sorakan dengan gaya klasik: Luka Modric.
Ia disebut sebagai “anak kecil yang dulu mengenakan jersey Rossoneri dan kini menjadi legenda.”
Dan malam itu, legenda itu benar-benar hidup di San Siro. (*)
**Dioptimasi dari artikel berbahasa inggris di https://sempremilan.com/pure-class-modric-enchanged-cameo-debut