TRIBUNGORONTALO.COM -- Mi instan menjadi makanan yang paling digemari oleh masyarakat di seluruh lapisan dunia.
Sebab, hanya dengan waktu sekira tiga menit saja, makanan itu bisa langsung dimakan.
Selain itu, mi instan ini mengandung karbohidrat yang otomatis membuat kenyang bagi yang mengonsumsinya.
Dilansir dari Tribunnews.com, mi instan terus menjadi makanan favorit dunia, selain murah dan memiliki banyak varian rasa, proses pembuatannya yang praktis menjadikannya pilihan utama jutaan orang di tengah tekanan ekonomi global.
Baca juga: Kelahiran 1990-1991 Gigit Jari! Pupus Harapan Jadi ASN Jika CPNS 2025 Ditiadakan
Mi instan pertama kali diciptakan pada tahun 1958 oleh Momofuku Ando, pendiri perusahaan Nissin Foods di Osaka, Jepang.
Produk bernama yakni Chikin Ramen dibuat sebagai solusi makanan cepat saji pasca-Perang Dunia II, ketika Jepang menghadapi krisis pangan.
Inovasi tersebut kemudian berkembang pesat hingga mi instan menjadi industri global.
Pada 1971, Nissin kembali membuat terobosan dengan meluncurkan Cup Noodles, mi instan dalam kemasan cup sekali pakai yang memudahkan konsumen modern.
Dalam enam dekade, mi instan berkembang dari makanan darurat menjadi produk global, dengan konsumsi mencapai lebih dari 120 miliar porsi per tahun menurut data organisasi yang mewakili industri mi instan secara global atau World Instant Noodles Association (WINA).
"Saat ini kami sedang menyusun statistik untuk tahun 2024, tetapi kami memperkirakan angkanya akan melampaui angka tahun 2023 tidak signifikan, tetapi itu hanya perkiraan kami," ujar Ketua WINA, Koki Ando, di KTT WINA.
Baca juga: KIP Kuliah Kemenag 2025 Resmi Dibuka Agustus-September, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
“Untuk tahun 2025 kami perkirakan akan mencapai setidaknya 120 miliar porsi, tapi dari segi harga, sudah ada kenaikan, jadi kami perkirakan nilainya akan naik dibandingkan tahun 2023,” imbuhnya sebagaimana dilansir dari Business Insider.
Data WINA menunjukkan Asia masih menjadi pasar terbesar, dengan China, Indonesia, India, dan Vietnam mendominasi konsumsi dunia.
Meski sering menuai kritik karena kandungan natrium tinggi, mi instan tetap menjadi pilihan utama banyak orang karena harganya murah, praktis, dan mudah didistribusikan, termasuk dalam bantuan bencana.
10 Negara yang Konsumsi Mi Instan Terbanyak di Dunia 2025
Berikut adalah Daftar 10 Negara dengan Konsumsi Mi Instan Terbesar Tahun 2025, berdasarkan data resmi WINA.
1.China - 43,8 Miliar Porsi
China mendominasi sebagai negara dengan tingkat konsumsi mi instan terbanyak di dunia.
Ini karena adalah bagian penting dari budaya kuliner Tiongkok sejak lebih dari 4.000 tahun lalu dengan jenis mi yang bervariasi, dari mi gandum di utara hingga mi beras di selatan.
Di banyak daerah, mi bahkan dianggap simbol panjang umur dan keberuntungan. Kebiasaan ini membuat mi menjadi makanan pokok selain nasi.
Terlebih harganya yang terjangkau serta distribusi luas membuat mi instan jadi pilihan utama masyarakat urban dan pedesaan.
Adapun produk lokal seperti Master Kong dan Uni-President memimpin pasar dengan inovasi rasa regional.
2. Indonesia – 14,68 Miliar Porsi
Indonesia berada di peringkat kedua karena populasi besar (275 juta) dan kuatnya merek lokal seperti Indomi dan mi Sedaap yang merajai pasar domestik dan ekspor.
Mi pertama kali masuk ke Nusantara melalui pedagang Tiongkok pada abad ke-13 hingga ke-15, terutama di daerah pelabuhan seperti Batavia, Medan, Palembang, dan Surabaya.
Mereka membawa teknik membuat lamian (mi tarik) dan bakmi (mi gandum).
Seiring waktu, mi Tiongkok beradaptasi dengan bahan dan bumbu lokal.
Contohnya, bakmi Jawa menggunakan campuran bumbu Nusantara dan dimasak dengan sentuhan khas Jawa.
Dari sini lahirlah beragam variasi mi dengan cita rasa Indonesia. Faktor harga murah dan mudah dipadukan dengan lauk membuatnya jadi makanan harian.
3. India – 8,32 Miliar Porsi
Lonjakan konsumsi India didorong oleh urbanisasi cepat, populasi muda, dan merek populer seperti Maggi.
Mi instan di India sering diposisikan sebagai camilan keluarga murah, sementara pertumbuhan pasar dipicu gaya hidup serba cepat dan keterjangkauan dibanding makanan siap saji lain.
Untuk memikat pelanggan produsen mi di India menyesuaikan rasa dengan bumbu khas India seperti masala, kari, dan rempah pedas.
Urbanisasi pesat di India meningkatkan permintaan makanan cepat saji. Mi instan dipandang praktis untuk mahasiswa, pekerja, dan keluarga muda di perkotaan.
Selain itu harganya yang murah membuatnya jadi alternatif makanan pengganti nasi atau roti, seperti Maggi (Nestlé), yang dijual terjangkau sehingga bisa dibeli oleh semua kalangan, termasuk masyarakat pedesaan.
4. Vietnam – 8,13 Miliar Porsi
Vietnam menempati peringkat keempat karena tradisi kuliner mi seperti pho (mi beras dengan kuah kaldu) dan bun (mi tipis).
Mi instan menjadi versi praktis untuk masyarakat urban dengan lebih dari 8 miliar porsi per tahun, konsumsi per kapita.
Terlebih Vietnam memiliki pola makan porsi kecil namun sering, sehingga mi berperan sebagai pilihan fleksibel, bisa jadi menu utama atau camilan berat, membuat frekuensi konsumsi tinggi.
5. Jepang – 5,90 Miliar Porsi
Sebagai negara asal mi instan, Jepang memiliki sejarah panjang dan pasar yang matang.
Konsumsi tinggi didorong oleh inovasi produk (cup noodles, ramen instan premium) dan kebiasaan makan mi sebagai bagian budaya.
Dari ramen instan murah hingga ramen restoran kelas atas, mi tersedia untuk semua kalangan. Variasi rasa dan gaya memasak membuat konsumsi tinggi tanpa menimbulkan kebosanan.
Populasi urban dengan mobilitas tinggi menjadikan mi instan solusi cepat dan praktis.
Mi berkuah panas seperti ramen dan udon populer saat musim dingin, sedangkan mi dingin (zaru soba) diminati di musim panas hal ini membuat mi relevan sepanjang tahun di Jepang.
6. Amerika Serikat– 5,15 Miliar Porsi
AS menjadi satu-satunya negara Barat di daftar teratas. Tingginya konsumsi dipengaruhi imigran Asia, budaya college food di kalangan mahasiswa, serta harga murah sebagai alternatif makanan di tengah inflasi pangan.
Varian mi instan Korea dan Jepang juga mendorong popularitasnya di pasar Amerika Utara.
Kombinasi budaya praktis, pengaruh imigrasi Asia, industri mi instan besar, serta faktor ekonomi membuat tingkat konsumsi mi di Amerika Serikat tetap tinggi.
Hingga mi bukan hanya makanan darurat, tapi juga bagian dari tren kuliner modern di AS.
7. Filipina – 4,49 Miliar Porsi
Di Filipina, mi instan adalah makanan pokok murah terutama di kalangan menengah ke bawah.
Faktor geografis kepulauan membuat mi instan populer karena mudah didistribusikan dan tahan lama.
Varian lokal seperti pancit (mi goreng) menjadi makanan tradisional yang disajikan dalam acara keluarga dan perayaan karena dipercaya membawa panjang umur dan keberuntungan.
Dalam situasi bencana atau krisis (topan, banjir), mi instan sering menjadi bagian utama paket bantuan pemerintah karena tahan lama dan mudah didistribusikan. Hal ini membuat masyarakat akrab dengan mi sebagai makanan darurat.
8. Korea Selatan – 4,09 Miliar Porsi
Korea Selatan memiliki konsumsi mi instan per kapita tertinggi di dunia. Ini lantaran mi instan (ramyeon) sudah menjadi bagian penting dalam kuliner Korea sejak 1960-an.
Hampir setiap rumah memiliki stok ramyeon karena dianggap makanan darurat sekaligus comfort food atau makanan sehari-hari di dalam negeri
Mi instan terutama ramen juga sering muncul di drama dan film Korea, membuatnya semakin populer.
Tak seperti mi pada umumnya, Produsen Korea menawarkan banyak varian rasa pedas dan kuah kaya bumbu yang sesuai dengan lidah lokal.
Inovasi seperti tteokbokki ramyeon atau ramyeon keju membuat konsumsi mi selalu variatif dan tidak membosankan.
9. Thailand – 4,08 Miliar Porsi
Thailand adalah salah satu produsen mi instan utama dunia dengan merek terkenal seperti Mama, Wai Wai, dan Yum Yum.
Produk-produk ini diproduksi massal dengan varian rasa khas Thailand, seperti tom yum dan kari hijau, sehingga menarik minat konsumen lokal.
Di kota-kota besar seperti Bangkok, ritme kerja cepat membuat makanan instan jadi pilihan praktis. Mi instan populer di kalangan pekerja, mahasiswa, dan keluarga muda karena cepat disiapkan.
Selain itu Thailand dikenal sebagai pusat kuliner jalanan. Banyak menu street food berbasis mi, seperti pad thai dan boat noodles. Kebiasaan makan di luar rumah dengan porsi cepat saji membuat konsumsi mi tetap tinggi.
Terlebih mi instan lokal menyesuaikan cita rasa ini, membuatnya sesuai dengan selera masyarakat dan memperkuat kebiasaan konsumsi.
10. Nigeria – 3,00 Miliar Porsi
Nigeria menjadi pemain baru di daftar 10 besar mi instan di Nigeria relatif murah dibanding makanan lain, khususnya harga beras dan gandum di Nigeria kadang fluktuatif.
Sehingga mi instan menjadi alternatif pengganti makanan pokok karena murah, cepat dimasak, dan mengenyangkan. Ini membuatnya populer di berbagai lapisan sosial.
Merek lokal seperti Indomi Nigeria mendominasi pasar sejak masuk pada awal 1990-an melalui Dufil Prima Foods.
Produsen menyesuaikan rasa dengan selera masyarakat, menghadirkan varian seperti Chicken Pepper Soup dan Jollof Chicken yang terinspirasi hidangan khas Afrika Barat.
Inovasi ini membuat mi instan terasa seperti makanan tradisional, bukan sekadar produk impor menjadikannya bagian penting pola makan sehari-hari.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com