Pencemaran Lingkungan Gorontalo

Dikes Kota Gorontalo Bakal Selidiki Cemaran Air Tanah di Permukiman Kawasan RSUD Aloei Saboe

Penulis: Herjianto Tangahu
Editor: Wawan Akuba
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AIR SUMBUH KERUH - Air sumur warga di Wangkaditi Timur berubah warna jadi hitam, berbau menyengat, dan memicu gatal-gatal. Ironisnya, Dinas Kesehatan Kota Gorontalo baru mengetahui masalah ini setelah dikonfirmasi wartawan.

“Jika ada temuan atau laporan ia pastikan akan turun dan menindaklanjutinya,” ujarnya.

Sebelumnya sebanyak 13 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Wangkaditi Timur, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, mengaku tak bisa lagi menggunakan air sumur mereka untuk kebutuhan sehari-hari.

Permasalahan ini terjadi di kawasan yang berada tidak jauh dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aloei Saboe.

Menurut sejumlah warga, kondisi air sumur mulai berubah sejak tahun 2018.

Selain berbau, air juga menyebabkan gatal-gatal setelah dipakai mandi atau mencuci.

Eman Rasyid, salah satu warga terdampak, menyebutkan bahwa warga telah melaporkan kondisi ini kepada pihak rumah sakit.

Saat itu, pihak rumah sakit kemudian menyalurkan air bersih dari sambungan air PAM langsung ke rumah-rumah warga.

“Kami mengeluh ke rumah sakit, maka kami diadakan air PAM dari rumah sakit,” ujarnya, Selasa (1/6/2025).

Namun, beberapa bulan terakhir, suplai air PAM itu terhenti. 

Warga menyebut hal itu berkaitan dengan aturan PDAM yang tidak mengizinkan sambungan air di atas sambungan resmi.

Akibatnya, sejumlah warga kembali kesulitan mengakses air bersih, karena air sumur mereka sudah tak lagi digunakan.

Bahkan, ada sumur yang kini ditutup permanen karena tak layak pakai.

“Kalau tidak ada lagi air dari rumah sakit, kami minta sumur kami dikembalikan seperti semula. Karena sekarang sudah tidak bisa digunakan,” kata Eman.

Keluhan serupa juga disampaikan Dorlin Ishak (54), yang mengaku pasrah dengan bau yang kerap tercium di lingkungan rumahnya. Namun ia menolak jika suplai air PAM benar-benar dihentikan.

“Kami ini bisa tahan dengan bau, pakai masker pun jadi. Tapi kalau air PAM diputus, kami tidak bisa terima,” tegasnya.

Halaman
123