Berita Kota Gorontalo

Sepinya Pasar Liluwo Gorontalo, Waktu Pedagang Habis Menunggu Pembeli yang Tak Kunjung Datang

Penulis: Jefry Potabuga
Editor: Wawan Akuba
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PASAR LILUWO KOTA GORONTALO -- Kondisi pasar Liluwo Kota Gorontalo,Provinsi Gorontalo memprihatinkan. Dari pantauan Tribun Gorontalo pasar itu sangat sepi pengunjung bahkan puluhan lapak yang sudah tida beroperasi, Sabtu (12/4/2025). FOTO: Jefry Potabuga, TribunGorontalo.com

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Sabtu siang, matahari belum tinggi saat Rizal Eyato membuka lapaknya di Pasar Liluwo, Kota Gorontalo.

Di hadapannya, beberapa tandan pisang dan keranjang buah tertata rapi.

Tapi tidak banyak orang yang melirik, apalagi membeli. Suasana pasar yang seharusnya ramai, justru terasa lengang.

Dari pantauan TribunGorontalo.com, Sabtu (12/4/2024) suasana pasar tampak sepi.

Baca juga: Daya Tarik RTH Kota Tengah Gorontalo yang Pudar, Air Mancur Mati dan Cat Berkelupas

Hanya segelintir pengunjung terlihat berjalan melintasi lorong-lorong pasar yang sebagian besar tertutup.

Beberapa lapak dibiarkan kosong, sebagian lainnya tampak tak terurus.

“Sepi sekali, Pak. Dari pagi sampai malam tetap begini,” kata Rizal, yang mengaku sudah bertahun-tahun berdagang di sana.

Ketika ditanya kapan pasar biasanya ramai, Rizal hanya menggeleng.

“Tidak ada ramainya. Hari Rabu malah paling sepi, seperti pasar tutup. Kalau Sabtu, itu pun paling sekitar sepuluh orang saja yang datang,” tuturnya.

Ia menyebut salah satu penyebab sepinya pasar adalah menjamurnya pedagang di luar area pasar.

Banyak warga yang lebih memilih berbelanja di pinggir jalan karena dianggap lebih cepat dan praktis.

“Lapak-lapak di luar banyak sekali. Warga pasti lebih pilih yang mudah dijangkau. Akhirnya, kami di dalam sini kehilangan pembeli,” keluh Rizal.

Dampaknya terasa langsung pada pendapatan Rizal yang merosot hingga 75 persen.

“Padahal kami tetap bayar retribusi, listrik, dan kebutuhan lainnya,” katanya sambil menatap sepi ke arah lorong pasar yang kosong.

Hal serupa dirasakan Piti Lapasi, pedagang kebutuhan dapur di pasar yang sama.

Pendapatannya kini terpangkas hampir setengahnya.

Piti juga menilai keberadaan pasar liar menjadi faktor utama menurunnya jumlah pengunjung.

Menurutnya, selama para pedagang dibiarkan berjualan di luar, pasar utama akan terus kehilangan fungsinya.

“Kalau semua orang sudah ke pasar liar, buat apa mereka datang ke sini? Harusnya ada aturan tegas. Semua pedagang dikumpulkan di satu tempat biar tidak ada yang dirugikan,” tambahnya.

Data yang diperoleh TribunGorontalo.com menunjukkan bahwa dari total 199 petak di Pasar Liluwo, hanya 8 petak yang masih aktif digunakan.

Selain itu, hanya ada lima pedagang rempah-rempah, tiga pedagang sayur, dua penjual ikan, dan dua pedagang ayam yang masih bertahan.

Sementara itu, sisi timur dan barat pasar tampak tertutup rapat.

Beberapa bagian tampak kotor dan tidak terawat.

Lapak-lapak yang dulu menjadi tempat transaksi kini dibiarkan kosong begitu saja.

Pasar Liluwo, yang dulunya menjadi titik keramaian dan perputaran ekonomi warga, kini seperti kehilangan nafasnya. (*)