TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Kekhawatiran menyelimuti warga Kelurahan Bugis, Kecamatan Dumbo Raya, Kota Gorontalo, setiap kali hujan turun.
Bukan tanpa alasan, satu-satunya tanggul penahan arus Sungai Bone yang menjadi pelindung rumah mereka kini telah ambruk.
Tanggul tersebut runtuh beberapa waktu sebelum Ramadan, menyisakan kepanikan di antara warga yang tinggal di bantaran sungai.
Mince Abdjul, salah seorang warga, mengingat dengan jelas momen ketika suara dentuman keras terdengar saat subuh.
Baca juga: Lokasi Pasar Senggol Gorontalo Utara Masih Dipenuhi Sampah hingga H-3 Lebaran Idul Fitri
"Sudah ambruk ini pak sebelum puasa," ujar Mince dengan nada cemas.
Saat pagi menjelang, warga dikejutkan dengan pemandangan yang mengerikan.
Tanggul yang selama ini menjadi harapan terakhir mereka telah lenyap.
Bahkan, sebuah toilet umum yang berada di dekatnya ikut tergerus derasnya arus sungai.
Sisa-sisa reruntuhan masih berserakan di bibir sungai hingga kini, menjadi saksi bisu atas kejadian yang membuat warga semakin waspada.
Tak hanya itu, ambruknya tanggul ini juga memperparah kondisi sebelumnya, sebab beberapa meter tanggul ke arah utara telah roboh lebih dulu.
Baca juga: Kronologi Penemuan Mayat di Gorontalo, Lansia Meninggal di Rumah Sendirian
Kini, jarak antara rumah warga dan bibir sungai semakin menipis, hanya tersisa beberapa jengkal saja.
Jika hujan turun dengan intensitas tinggi, aliran air dengan mudah bisa menggerus tanah di bawah bangunan mereka.
Ketakutan ini membuat warga harus selalu waspada.
Setiap kali mendung menggantung dan hujan mulai turun, mereka sudah bersiap mengemasi barang-barang berharga, berjaga-jaga jika banjir sewaktu-waktu menerjang.
"So siap-siap," ujar Mince singkat, menggambarkan betapa tegangnya situasi yang mereka hadapi.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk membangun kembali tanggul yang ambruk.
Sebab, tanpa perlindungan tersebut, banjir bukan hanya ancaman, tapi bencana yang tinggal menunggu waktu.
Perlu diketahui bahwa kelurahan Bugis atau juga kerap disebut Kampung Bugis memang kerap dilanda banjir.
Sebab, kampung ini berada di kawasan pesisir Sungai Bone, sungai terpanjang yang mengalir dari arah Suwawa Bone Bolango.
Beberapa tahun belakangan, kampung ini kerap dilanda banjir hingga air capai setinggi dada orang dewasa.
Anis Lakajo saat diwawancarai TribunGorontalo.com, Rabu (2/4/2025), mengeluhkan kondisi rumahnya yang saat ini sangat memprihatinkan.
Jarak antara rumahnya dan bibir sungai hanya tinggal beberapa jengkal saja.
Toilet yang berada di belakang rumahnya sudah ambruk. Bahkan untuk beraktivitas di dapur, ia sangat was-was dan khawatir.
Sebenarnya kata Anis, pemerintah telah berupaya mengundang masyarakat untuk menyepakati pembebasan lahan sementara, agar proyek penanganan bisa berjalan dengan baik.
Pembebasan lahan sementara itu dimaksudkan agar proses revitalisasi dapat berjalan dengan lancar.
Pasalnya, letak tanggul yang berada tepat di belakang pemukiman padat penduduk itu mengharuskan adanya akses alat berat agar bisa masuk ke dalam.
Namun dari total 50 kepala keluarga (KK) yang diajak duduk bersama, dua diantaranya menolak dan enggan menandatangani kesepakatan tersebut.
Padahal menurut Anis, hal ini sangat urgen demi melindungi warga agar tidak terkena dampak banjir.
"Padahal dari total 50 hanya dua yang tidak setuju, beda jauh," sesal Anis.
Yang lebih ia sesalkan adalah, alasan penolakan kesempatan itu didasarkan atas hal yang menurutnya tidak masuk akal.
Ia berharap pemerintah agar segera turun tangan menangani masalah tersebut.
"Kalau bagaimana nanti kami bantu pemerintah, untuk apa? Untuk selamatkan rumah kami," ujarnya.
Anis berhadap suaranya dapat didengar langsung oleh Gusnar Ismail agar proses penanganan dapat segera dipercepat.
"Karena kami sudah tidak tenang lagi, kalau bisa dipercepat pak gubernur," harap Anis. (*)